Bagian. 5
Buat ia mencintaiku, Tuhan!!!
Kamis
pagi, di coffe break, dua hari sebelum pernikahan Ilal, Sembilan hari setelah
pengakuan Bani….
Jam, 08.15
Arlet berada di coffe break seperti
biasa, menunggu Refi pulang sekolah, diluar hujan lumayan deras, suasana di
coffe break begitu nyaman sekali, Thousand Years dari Christina Perri mengalun
lembut didalam ruangan coffe break, diselingi dengan suara rintik hujan yang
samar-samar terdengar dari dalam coffe break. Arlet melamun memandangi Trembesi
yang basah terkena hujan, sudah sebelah hari Arlet tidak mendengar kabar Bani,
Bani sendiri seperti hilang ditelan bumi, tidak ada lagi pesan masuk dari Bani
di handphone Arlet, dan sekarang dua hari menjelang pernikahan Ilal, Arlet
menyiapkan perasaannya untuk tidak terluka lebih jauh lagi, ia ingin menghapus
kenangannya bersama Ilal, tapi itu ternyata begitu sulit, mungkin jika Bani
tidak mengakui perasaannya pada Arlet, Arlet saat ini masih bisa dengan leluasa
berkirim pesan dengan Bani, untuk sekedar curhat atau berbalas kata, tapi
setelah kejadian itu Arlet begitu menjaga jarak dengan Bani, setelah kejadian
itu Arlet tidak lagi membalas pesan dari Bani, dan Bani juga sudah delapan hari
ini tidak mengirim pesan pada Arlet, mungkin ia menyerah, mungkin ia sadar
bahwa perasaannya itu hanyalah sementara. Seperti itu dugaan Arlet. Pintu coffe
break terbuka seseorang laki-laki berseragam perawat masuk kedalam coffe break
sambil mengelap rambutnya yang sedikit basah terkena hujan, Arlet memandangi
laki-laki itu, “Bani”, batin Arlet, ia lantas mengalihkan pandangannya saat
mata Bani melihat kearah Arlet. “Arleta, diam disini saja ada yang ingin
kubicarakan, sebentar” kata Bani yang langsung melangkah ke stand coffe break
untuk memesan Cappuccino hangat dan Vanilla Latte hangat kesukaan Arlet, “Ini,
kupesankan untukmu,,,” kata Bani sembari meletakkan segelas kopi kesukaan
Arlet, “Terimaksih,” jawab Arlet pelan, Bani duduk, meminum cappuccinonya,
“Arlet, apakah kamu kecewa dengan perkataan ku minggu lalu”, tanya Bani, “ Aku
tidak memiliki hak untuk itu,” jawab Arlet singkat, “Lalu apa yang membuatmu
menghidar dari ku, tidak membalas pesanku, mengapa kau lakukan itu?”, tanya
Bani lagi, “Aku hanya ingin focus pada skripsi ku, tidak ada hal lain,” jawab
Arlet tanpa menatap Bani, “Arlet, tidakkah kau tau kelakuan mu itu membuatku
semakin ingin memilikimu,” kata Bani, “Kau kadang bersikap begitu dingin, namun
terkadang kau begitu ingin tau akan orang lain dan bersikap hangat, sebenarnya
apa yang salah dengan ku Arlet, katakanlah,”, “Bani,,, kau tau, kau
mengingatkan ku akan suatu hal, hal yang tidak ingin ku ingat lagi, Bani,
bahkan aku berharap untuk tidak pernah bertemu denganmu, Bani,kau mengingatkan
ku akan bagaimana rasanya kehilangan orang yang benar-benar penting dalam
hidupku,” kata Arlet, “Siapa orang itu, tidak bisakah bercerita kepada ku, jika
memang kehadiranku membuatmu tidak nyaman aku terima itu, tapi aku perlu tau
apa alasanmu untuk itu, Arlet,”. Arlet terdiam, menunduk,,, lalu menatap mata
Bani, “Kau, mengingatkan ku akan Almarhum kakakku, mengingatkanku akan rasa
kehilangan yang teramat dalam, kau Bani, matamu itu, sama seperti mata kakakku,
aku selalu merasa nyaman saat menatap matamu, itu membuat ku merasa bertemu
kembali dengan kakakku, aku takut tenggelam dengan rasa nyaman ku itu, aku
takut suatu saat akan merasa kecewa lagi”, jawab Arlet, “Jika aku membuat mu
merasa nyaman, lalu mengapa kau menghindari ku setelah aku mengatakan aku
menyukai mu, tidak…. Aku mencintaimu, mengapa Arlet, mengapa?”, tanya Bani
lagi, “Aku tidak percaya akan hal seperti itu, cinta pada pandangan
pertama,,,”, jawab Arlet, “Kalau begitu, beri aku waktu untuk membuktikan bahwa
aku memang benar-benar mencintaimu, dan akan kubuktikan kepadamu, bahwa tidak
ada yang salah dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama, beri aku waktu
Arlet, aku akan berusaha untuk tidak membuatmu kecewa” Bani meyakinkan Arlet,,
“Jika engkau bisa membuat ku lupa akan Ilal, dan membuat ku lupa akan bagaimana
rasanya kehilangan, aku akan mempertimbangkan itu,” jawab Arlet, “Akan aku
lakukan apapun pinta mu, tapi,,, jika aku tidak mampu akan hal itu,jika aku
gagal membuatmu lupa akan kedua hal itu, aku mohon, sungguh,,,, jangan pernah
engkau pergi seperti minggu lalu, jika aku tidak mampu akan hal itu, aku mohon,
tetaplah hadir disekitar ku, aku akan tetap terus berusaha,” kata Bani dengan
tatapan serius, “Waktu tidak akan bisa menunggu Bani, kaulah yang mengatur
waktu itu, kaulah yang menentukan kapan itu terjadi, dan apabila kau tidak
berhasil akan hal itu, maka aku tidak akan bisa menunggu,” jawab Arlet,
“Percayalah Arlet, kumohon beri aku waktu,” pinta Bani, “Kita lihat nanti,
biarlah waktu yang menjawabnya,” kata Arlet, “Balas pesanku jika kau sempat,”
pinta Bani, Arlet hanya mengangguk, Arlet melihat jam di tangan kirinya, 09.30.
“Aku harus menjemput Refi,” kata Arlet, “Biar aku antar,” pinta Bani,
“Baiklah,,,” jawab Arlet.
Hujan sudah mulai reda ketika Arlet keluar
dari coffe break bersama Bani, hanya
tersisa gerimis-gerimis kecil. Didepan TK Refi, Arlet sama sekali tidak
mengajak Bani berbicara, begitupun sebaliknya, Bani hanya memandangi Arlet
sesekali, Menurut Bani, Arlet adalah wanita yang sederhana dalam berpenampilan,
sifat Arlet yang cenderung cuek mengimbangi sifat Bani yang sedikit rewel akan
sesuatu. “Arlet,,,,”, panggil Bani, “Apa”, jawab Arlet “ Jangan melamun
terus,,,”Bani menyemnggol pundak Arlet, “Apa hak mu melarang ku?” tanya Arlet,
“Tidak ada, tapi jika kau sedang melamun seperti itu, membuatku ingin berada
disekitarmu selalu, menjaga mu agar kau tidak hanyut terlalu jauh dalam
lamunanmu,” jawab Bani, “Kau, cerewet Bani,” kata Arlet singkat, Bani hanya
tertawa mendengar hal itu.
“Mbak
Alet,” teriak Refi dari Depan gerbang TK nya, “Hei,,, Refi, apa yang kamu bawa
itu”, tanya Arlet sambil menggandeng tangan Refi, “Ini,,, dinosaullus, lefi
tadi buat dali tepung yang dikasih ibu gullu,” jawab Refi, “Wow,,, bagus nya
buatan Refi, Refi suka Dinosaurus ya,” tanya Bani, “Iya,, Lefi suka
dinosaullus, besal…” jawab Refi, “Yuk pulang, diantar mas Bani ya,,” pinta
Bani, “Ayok… tapi gendong Lefi dulu,” kata Refi, “Siapa takut,” jawab Bani
sembari menggendong Refi dipundaknya, mereka bertiga berjalan menuju coffe
break, Bani memarkir motornya di coffe break. Refi begitu cepat akrab dengan
Bani, tapi mengapa dengan Ilal, Refi tidak terlalu akrab, padahal Refi mengenal
Ilal, sejak dari umur Refi masih satu tahun.
21.25…
Gamal
Albani__ “Pasien yang ku tangani malam ini membuat ku muak”
Arleta
Harumi__ “Kau adalah seorang perawat, mana boleh kau berkata seperti itu,”
Gamal
Albani__ “Bagaimana tidak, ia terus saja mencariku, ia hanya mau dirawat oleh
ku, dia itu tante berumur empat puluh tahun, dan si kampret Ian, begitu senang
akan hal ini, ia menganggap itu adalah hiburan bagi nya”
Arleta
Harumi__ “Bukankah itu menyenangkan merawat tante berumur empat puluh tahun,
anggap saja dia itu Ibu mu,”
Gamal
Albani__ “Ia sama sekali tidak mirip dengan ibuku,”
Arleta
Harumi__ “Bukankah itu resiko dari pekerjaanmu, bukankah menyenangkan memiliki
banyak penggemar,,?”
Gamal
Albani__ “Percuma aku memiliki banyak penggemar, jika aku tidak mampu
mendapatkan hati seorang wanita, akan lebih mudah jika wanita yang kuinginkan
itu adalah salah satu penggemarku, tapi sayangnya bukan”
Arleta
Harumi__ “Menurutmu haruskah esok aku pergi ke Malang”
Gamal
Albani__ “Kau mengalihkan pembicaraan Arlet”
Arleta
Harumi__ “Kau tidak jaga?jam berapa ini”
Gamal
Albani__ “Tidak, sedang istirahat, untuk apa pergi ke Malang”
Arleta
Harumi__ “Menghadiri pernikahan Ilal”
Gamal
Albani__ “Apa kau akan menghancurkan pernikahan Ilal?,”
Arleta
Harumi__ “Hei… aku tidak akan melakukan itu, aku tidak mau menghancurkan kebahagiaan
orang lain, kau pernah mengatakan kepada bukan, buat apa menghancurkan dan
menghalangi kebahagiaan orang lain, tidak akan berguna,”
Gamal
Albani__ “Baguslah jika kau tau itu, kau akan pergi dengan siapa?”
Arleta
Harumi__ “Dengan sahabat ku, dia juga mendapat undangan dari Ilal”
Gamal
Albani__ “Kau berangkat dari mana esok?, jam berapa?”
Arleta
Harumi__ “Dari stasiun Tawang, jam tujuh pagi, kenapa?”
Gamal
Albani__ “Mengapa tidak berangkat menggunakan travel saja, kau harus transit di
Surabaya sebelum sampai ke Malang,”
Arleta
Harumi__ “Edis tidak mau menggunakan travel, ia lebih suka menggunakan kereta,
jika aku tidak menuruti nya maka ia tidak akan mau berangkat ke Malang, untuk
menghadiri pernikahan Ilal, dan aku butuh Edis untuk membuat ku merasa lebih
tenang”
Gamal
Albani__ “Kau punya hak untuk memilih tidak datang Arlet, atau aku yang akan
menemani mu pergi ke Malang, aku akan membuat perhitungan dengan Ilal mu itu,”
Arleta
Harumi__ “Kau tidak punya hak untuk melakukan itu, dan kau juga tidak punya hak
untuk melarang ku pergi”
Gamal
Albani__ “Ya,aku tau itu,,, kau berangkat dari rumah jam berapa esok?
Arleta
Harumi__ “Jam lima pagi setelah shubuh,”
Gamal
Albani__ “Besok sebelum jam lima akan kujemput dirumahmu, biar aku yang
mengantarmu ke stasiun”
Arlet,
tidak membalas pesan Bani, ia ingin segera tidur,ia sangat lelah, dan harus
bangun pagi besok.
Jum’at,
04.45…
“Permisi….”,
kata seseorang sambil mengetuk pintu rumah orangtua Arlet, “Arlet, bukakan
pintu,” suruh Ibu Arlet… “Iya, sebentar”, jawab Arlet sembari keluar dari kamar
nya, Arlet sedikit malas untuk membuka pintu, ia tau persis siapa yang
berkunjung kerumah orangtuanya pagi-pagi buta begini, saat Arlet membuka pintu,
wajah Bani langsung muncul, Bani masih memakai seragam perawatnya, ia hanya
menutupi baju seragamnya degan menggunakan hoodie berwarna hitam polos dengan
tulisan Manchester United berwarna merah dibagian depannya, “Hai… Good
Morning,Mrs….”, Sapa Bani saat Arlet membukakan pintu, “Mari masuk,,,” sahut
Arlet, “Sebentar aku panggil Ibu,,,”, imbuhnya, Bani hanya mengangguk dan segera
duduk di sofa ruang tamu kediaman orang tua Arlet, “Hei… belum ada yang
meyuruhmu duduk Bani,,” kata Arlet setengah berteriak, “Oh,,, Ok, aku tidak
akan duduk, dimana Refi?”, tanya Bani, “Dia belum bangun,” jawab Arlet, sambil
berjalan menuju dapur untuk memberitahu Ibunya,,, “Bu,,, didepan ada Bani, dia
mau mengantarkan Arlet ke stasiun,”
bisik Arlet kepada Ibunya, “Bani,?, tanya Ibu Arlet heran, “Iya Bani, bukankah
Ibu sudah mengenalnya”, jawab Arlet, “Sudah, ayo temui dia, Arlet telat nanti
jika Arlet harus menjawab pertanyaan Ibu, tentang mengapa Bani mau mengantar
Arlet pagi-pagi buta begini” imbuh Arlet sambil menggandeng tangan Ibunya,
“Bani,,, kau masih ingatkan dengan Ibu ku,” tanya Arlet, mengejutkan Bani yang
masih berdiri sambil melihat-lihat foto keluarga Arlet yang dipasang di dinding
ruang tamu rumah, “Oh,,, Iya,,, tentu saja aku ingat, jawab Bani dengan nada
suara yang dilembut-lembutkan, tapi walau bagaimanapun Bani berusaha melembutkan
nada suaranya, tetap saja suaranya terdengar berat, “Pagi tante,,, maaf
pagi-pagi begini bertamu,’ tambah Bani, “Tidak apa-apa mas Bani, kok berdiri
saja disini, ayo… mari duduk sebentar”, kata Ibu Arlet, menyuruh Bani duduk,
“Arlet, cepat sana ambil tasmu, jangan membuat orang lain menunggumu terlalu
lama”…”Iya Bu, sebentar…” jawab Arlet, ia lalu kembali kekamarnya untuk
mengambil tas, jaket dan helm nya.
“Ayo
berangkat, ini sudah jam lima lebih lima menit, nanti Edis menunggu ku terlalu
lama” kata Arlet kepada Bani, “Bu… Arlet berangkat ya, bilangan sama Refi,
minggu pagi Arlet sudah sampai rumah,” tambah Arlet kepada Ibunya sembari
mecium tangan dan pipi Ibunya yang sangat ia hormati itu,,, “Bani, juga permisi
tante,” kata Bani, yang juga ikut mencium tangan Ibu Arlet… “Kalian berdua
hati-hati ya,,,, Mas Bani, pelan-pelan saja naik motor nya, jangan terlalu
terburu-buru” pesan Ibu Arlet untuk Bani sebelum mereka pergi, Bani hanya
mengangguk sambil tersenyum lebar. “Apa, kau akan datang ke pesta pernikahan
dengan pakaian seperti itu, ha?” tanya Bani, matanya melihat Arlet dari atas
hingga bawah, Arlet memakai celana denim skinny fit warna navy , kaos putih bergambar
Tazmanian Devil, jaket denim sewarna dengan celananya dan juga sneakers
berwarna hitam, “Tentu saja tidak Mr.
Sok tau, buat apa aku membawa ransel kalau bukan untuk menaruh baju yang akan
kupakai besok?” Arlet sedikit berteriak saat menjawab pertanyaan Bani tadi.
“Iya, mana aku tau kalau kau menaruhnya didalam ransel mu,, cepatlah naik,
nanti kau terlambat” suruh Bani.
Stasiun
Tawang, 06.15…
Arlet
duduk termenung dikursi tunggu stasiun, menatap kosong kearah peron, ia harus
menghadapi kenyataan bahwa harapan nya akan Ilal harus benar-benar berakhir
esok, berakhir dihari bahagia Ilal, Bani berdiri disamping Arlet, matanya tak
pernah lepas dari Arlet, ia memandangi Arlet yang sedang termenung sejak tadi.
“Kau, baik-baik saja,” Bani berjonggok didepan Arlet, menatap mata Arlet, “Hm,
aku baik-baik saja”, Arlet tersenyum, “Haruskah aku menemanimu, aku bisa minta
cuti dua hari dari Rumah Sakit,” tanya Bani, dengan tatapan khawatir, “Tidak,
tidak perlu, siapa aku memintamu untuk menemaniku, duduklah disini, jangan
berjonggok didepan ku seperti itu,” pinta Arlet, “Tapi wajahmu, seperti akan
menghadiri sebuah pemakaman, jika kau ingin membatalkan keberangkatanmu, aku
akan mengantarmu pulang kerumah lagi,” Bani berdiri dan duduk dikursi samping
Arlet, “Tidak Bani, aku tidak akan membatalkannya” Arlet menjawab, “Kereta mu
berangkat jam berapa?”, Bani bertanya sambil menghidupkan rokok, “Jam tujuh,
bisakah kau tidak merokok saat dibersama ku”, bentak Arlet, “Apakah kau tidak
menyukai laki-laki perokok” sahut Bani, “Semua wanita tidak pernah menyukai
laki-laki perokok Bani, tapi mau bagaimanapun semua laki-laki sekarang pasti
perokok, hanya saja, cobalah untuk tidak merokok didepan seorang wanita,
hargailah dia,” jelas Arlet, “Baiklah, akan kulakukan, maaf jika membuat mu
merasa tidak nyaman,” Bani menatap Arlet, lalu membuang rokok yang sudah
terlanjur ia bakar tadi. “Arleta”, teriak seorang wanita, “Edis,” Arlet
menghampiri sahabatnya itu, ia langsung memeluk Edis, “Kamu lama sekali dis,”.
“Maaf membuat mu menunggu, siapa itu”, Edis menunjuk kearah Bani, “Oh… mari aku
kenalkan” Arlet menarik tangan Edis, “Ini, Bani,,, dia teman ku”, “Hai,,,
Bani”, Bani menyalami Edis, “Edis”, sahut Edis memperkenalkan dirinya kepada
Bani, “Apa kau baik-baik saja, kau yakin masih ingin pergi”, Edis menatap
Arlet, “Aku baik-baik saja, masuklah dulu kedalam kereta, cari nomor kursi
kita, ada yang ingin ku bicarakan dengan Bani, sebentar,” Arlet meminta Edis
untuk masuk kedalam kereta yang sudah datang sejak 20 menit tadi, “Baiklah, jangan
lama-lama, sepuluh menit lagi kereta berangkat” Pesan Edis, Arlet hanya
tersenyum dan menggangguk, “Terimakasih, kerena telah mengantarku pagi-pagi
seperti ini, aku tau kau baru selesai bertugas jam dua dini hari, maaf
merepotkanmu,” Arlet memandang Bani, “Sudahlah, itu tidak masalah bagiku,
bukankah aku sudah pernah mengatakan padamu kalau aku mencintaimu, maka akan
kulakukan apapun untukmu selagi aku bisa, sms aku jika sudah sampai, jaga
dirimu baik-baik” Bani mengacak-ngacak rambut Arlet, “Hm, aku pergi” senyum
Arlet, Arlet berjalan menuju kereta meninggalkan Bani, “Buat ia mencintaiku
Tuhan,” Bani masih belum beranjak dari tempatnya tadi, ia masih memandangi
Arlet dari belakang.
Casino site - Lucky Club Live
BalasHapusThe only place where you can escape with a little fun is with us. Our slots are all ready for you to take a break luckyclub.live from your routine. Every game here is from