Jumat, 06 Juni 2014

Seribu Semesta Arlet, Part 1

Seribu Semesta Arlet
Bag. 1
Sabtu pagi di kedai kopi “Coffe Break”,,,
Coffe Break, adalah nama kedai kopi, coffe break tidak sama seperti layaknya kedai kopi yang lain, di coffe break tidak ada mesin pembuat kopi, barista atau hal-hal lain yang identik dengan kedai kopi. Coffe Break lebih seperti sebuah warung kopi, tapi bukan warung kopi yang biasa, di coffe break interiornya begitu indah, tidak ada kursi panjang dari kayu yang muat diisi tiga sampai empat orang sekaligus, di coffe break, interiornya seperti berda di kafe-kafe, kursi-kursi sofa dengan busa empuk, meja kaca, lampu yang tertempel didinding dan menggantung di plafon, stiker-stiker dinding yang berbeda di tiap sisi nya, ada yang bergambar taman bermain kesukaan anak-anak, menara eifel, landmark kota New York patung Liberty, dan tentunya yang paling menyita perhatian Arlet sejak pertama ia dating ke coffe break adalah Stiker bergambar Trembesi besar yang daunnya sedang gugur dan diajak menari oleh angin, berada tepat disisi tengah coffe break, dibelakang stand tempat pengunjung memesan pesanan.
Sabtu ini, jam 09.15, arlet sampai di coffe break ia selalu nyaman dengan suasana di coffe break, begitu tenang karna memang belum jam pulang sekolah, jika sudah di jam pulang sekolah coffe break selalu ramai didatangi oleh anak-anak SMP, SMA dan sederajatnya, maklum sajalah, di coffe break harganya memang bersahabat, di coffe break hanya ada berbagai macam kopi instant dengan berbagai merk, tentunya pegunjung bisa memilih mau diapakan kopi instant itu, biasanya yang paling disukai anak-anak remaja sekolah adalah kopi yang diblend dengan es dan di mix dengan berbagai campuran lain, seperti susu, oreo, cokelat, ceres, buah, dan masih banyak lagi,
Arlet, langsung memesan minuman favoritnya, Indocaffe Coffemix Ice yang dicampur dengan susu, strawberry, dan ditaburi ceres diatasnya, menurut arlet rasanya unik, terdapat sensasi asam dari strawberry tanpa menghilangkan rasa kopinya, setelah memesan arlet langsung duduk di kursi favoritnya, kursi di sudut paling pojok dekat jendela, dan jendela tersebut langsung menghadap ke sisi kanan luar coffe break, terdapat pohon trembesi besar di luar, dan arlet selalu memandangi trembesi itu jika arlet sedang di coffe break. Namun saying, kursi tersebut telah ditempati oleh seorang laki-laki, yang dari awal tadi sejak arlet memesan minumannya, selalu mengawasi arlet.
Ngapain coba tuh orang ngeliatin aku dari tadi” batin arlet, arlet lantas duduk didepan kursi tempat laki-laki tadi duduk. Laki-laki itu memakai seragam perawat berwarna hijau, dengan rambut model tentara. O my god,,, dia perawat,,, really???, kata arlet dalam hati. Laki-laki itu masih mengawasi arlet seolah-olah arlet adalah sebuah objek yang ingin di tangkapnya. Namun arlet tidak terlalu menghiraukan laki-laki itu, arlet asyik membaca buku karya Chaedar Alwasilah yang berjudul Pokoknya Kualitatif. Arlet memang sedang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan tugas akhirnya, iya, arlet sedang menyusun skiripsinya yang belum tau mau kemana arahnya, hanya arlet yakin bahwa ia ingin menggunakan pendekatan kualitatif untuk skripsinya itu.
Hai,,, sendiriannya aja ya,,, kata laki-laki yang dari tadi mengawasi arlet. Arlet hanya terseyum pahit. Kenalin nama aku Bani, boleh tau nama anda siapa??? Tanyanya, Oh,,, Arlet, jawab arlet dingin. Lagi mau nyusun skripsi ya, emang udah semester berapa???, tanyanya lagi. Buka urusan anda, jawab arlet sedikit membentak, lalu arlet pergi meninggalkan laki-laki itu dan coffe break. Oh God,,,, Cuma di coffe break aku bisa konsentrasi baca buku ini, tapi kenapa malah ada makhluk sok kenal tadi ngacauin konsensentrasi aku,,,, kata arlet sambil berjalan keluar dari coffe break. Dari sini perkenalan Arlet dengan Bani dimulai……

Minggu pagi, jam 08.45,,,
Arlet datang lebih pagi ke coffe break berharap tidak bertemu dengan makhluk yang dianggap arlet sebagai makhluk yang tidak tau malu,,, Arlet memasan Good Day Coolin hangat dan sepotong Red Velvet,,, duduk di kursi favorit arlet, memandangi trembesi diluar jendela coffe break yang menurut arlet begitu menakjubkan. Enam bulan ini pikiran dan hati arlet tersita oleh seorang laki-laki yang ditemuinya di studio radio kampusnya, laki-laki yang arlet lukiskan seperti pelangi setelah hujan, begitu indah. Laki-laki itu bernama,,, mari kita sebut saja dia Harlan. Arlet begitu mengagumi laki-laki itu, menurut arlet baru kali itu ia mersakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Harlan, kata arlet setengah berbisik,,, kenapa aku terus memikirkanmu, shit… apakah kamu juga memikirkan aku, kenapa aku begitu takut untuk mengenal kamu lebh dekat Harlan, kenapa, kenapa harus Harlan, katanya dalam hati,,, But, wait… Harlan laki-laki yang memiliki penampilan ribet, kenapa kamu bisa ngefans dia sih let,,, please deh,, gaya nya kayak artis korea yang super fashionista, walupun emang sih rambutnya gak pake poni pinggir, tapi dia manis,,, sumpah, senyumnya bikin melting,,, kata arlet kepada dirinya sendiri. Semester lalu, waktu arlet masih semester lima, arlet memang pernah menjadi penyiar di radio kampusnya, walaupun itu hanya bertahan selama satu bulan, itupun karena orang tua arlet tidak menyetujui arlet menjadi penyiar radio kampu, entah apa alasannya.
Tiba-tiba, ada suara laki-laki yang mengagetkan arlet…
Hai… ketemu lagi,, kata laki-laki itu, yang ternyata dia adalah Bani, laki-laki yang dianggap Arlet sebagai makhluk yang tak tau malu. Wah-wah, apa lita jodoh ya, kok bisa ya dua hari ini ketemu terus, di jam dan tempat yang sama lagi, kata Bani, saat itu Arlet langsung melirik jam tangan di tangan kirinya, jam 09.30. munkin aja ya kita ini emang ditakdirkan sama Tuhan untuk berjodoh, kata Bani dengan wajah yang sok cool, padahal wajahnya lebih mirip sama baju yang abis dikeluarin dari mesin cuci,kusut, berantakan, tak tau arah. What…. Jodoh?? O my god, eh mas situ mau nya apa sih dari kemarin gangguin saya, tanya arlet… Walah, si mbak cantik-cantik kok jutek sih mbak, nanti enggak laku lho, kata Bani sambil cekikikan. Iya abis situ, enggak ada kerjaan lain ya selain gangguin saya, tanya Arlet. Iya abis mbak arlet keliatan cantik banget kalo pas melamun kayak tadi, ngomong-ngomong dari tadi saya perhatiin mbak lho,,, jangan bengong aja mbak, entar ayam dirumah mbak mati lho… kata Bani, mbak pasti lupa deh sama nama saya, padahal kemain saya sudah memperkenalkan diri saya lho mbak, Gak penting banget ingat sama makhluk kayak situ, permisi, kata arlet sambil berjalan keluar dari coffe break. Oalah… padahal saya ini Cuma mau lebih dekat lho sama situ, masak iya laki-laki ganteng kayak saya ditolak sama perempuan canti kayak kamu mbak, aduh… benar-benar enggak adil nih… kata Bani yang masih mengawasi Arlet....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar