Selasa, 15 Juli 2014

--First--



--First--
Seperti apapun kisahnya, bagiku cinta pertama tetaplah indah, tidak akan pernah ada habisnya untuk dikenang, walau itu berakhir dengan suka ataupun duka, dengan senyum ataupun air mata, cinta pertama tetaplah yang pertama, karena sebelumnya tidak ada orang lain selain ia.

Ketika di masa putih abu-abu….
            “Bosan aku dengan penat, dan enyah saja kau pekat, seperti berjelaga jika ku sendiri,” bait terakhir dari musikalisasi puisi yang dibawakan Dian Sastro dalam film nya, “Tentang Seseorang dalam film Ada Apa Dengan Cinta,” tutup Rere saat selesai membawakan puisi yang terkenal lewat film Ada Apa Dengan Cinta.
Suara tepuk tangan yang tidak terlalu riuh memecah keheningan malam di Sekolah Rere, malam ini adalah malam awal tahun ajaran baru di SMA tempat Rere bersekolah. Pada malam setelah Masa Orientasi Sekolah berakhir, biasanya pihak Osis mengadakan camping satu malam di lingkungan sekolah untuk mengenalkan ekstra kurikuler yang ingin diikuti oleh setiap siswa baru, kegiatan ini wajib diikuti oleh semua siswa baru di sekolah, untuk lebih memahami mana ekstra kurikuler yang akan mereka ikuti, kecuali ekstra kurikuler Pramuka, karena ekstra tersebut wajib diikuti oleh semua siswa baru dan bukan ekstra kurikuler pilihan melainkan ekstra kurikuler utama.
“Keren banget Re, gila ya, gua baru tau lho kalau lo gapai banget ngebawain puisi,” puji Felli yang tidak lain adalah sahabat Rere.
“Yaelah, biasa aja kali Fell, gitu doang mah gua juga bisa,” sahut Alka, Alka adalah satu-satu nya orang yang selalu tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh Rere, termasuk malam ini.
“Apain sih lo Al, siapa juga gitu yang nyuruh lo ikutan ngomong,” bentak Felli.
“Iya udahlah Fell, enggak ada untung  nya juga gitu ngurusin si Alka  yang abstrak itu  cuekin aja lah,” sahut Rere.
Reira Anggika Hastari, siswa kelas dua atau yang sekarang disebut dengan kelas sebelas di salah satu SMA Negeri di Kota Tangerang, ia adalah seorang perempuan yang seperti kebanyakan perempuan lain seusia nya, Rere begitu teman-teman nya memanggil, ia memiliki rambut panjang lurus, mata nya tajam berbentuk oval, alis mata nya hitam namun tidak terlalu tebal, ia memiliki warna kulit kuning langsat, Rere adalah salah satu anggota ektra kurikuler Palang Merah Remaja di sekolah nya, ia sudah mengikuti ekskul PMR sejak ia masih di SMP. Rere, begitu menikmati jika ia harus berjaga di barisan paling belakang ketika upacara bendera hari senin berlangsung, ia bangga ketika memakai seragam Osis nya karena tertempel badge lambang PMR yang berlatar warna kuning di lengan kiri seragam Osis nya, dan merawat teman-temannya di UKS,  PMR tingkat SMA adalah PMR tingkatan Wira, di badge nya berwarna latar kuning, jika di masih di tingkat SMP maka tingkatan nya adalah PMR Madya, badge nya berwarna latar biru tua atau navy.
Rere selain memiliki sahabat dekat bernama Felli, ia juga memiliki seorang yang bisa dibilang adalah haters nya, laki-laki itu bernama Reo Alka Zakaria, Rere dan teman-teman nya yang lain biasa mamanggil nya Alka, adalah seorang atlet lari sekolah dan juga anggota ekskul Paskibra Sekolah, Alka memiliki tinggi 176 cm, berbadan kurus ,kulit sawo matang, rambut plontos, mata lebar,  dan alis matanya hitam tebal. Alka adalah idola baru dikalangan siswi baru, saat menjadi panitia MOS, Alka lah yang paling banyak mendapatkan greetings massage tiap harinya.

Senin, hari pertama di kelas sebelas IPS 1…
“Re, ikut gua ke lapangan, penting Re penting,” bujuk Felli.
“Apaan sih Fell, apanya yang penting?” Tanya Rere dengan wajah kebingungan.
“Si Alka, katanya mau pingsan Re, ayo buruan ikut gua,” Felli menarik tangan Rere.
Rere melapaskan tangan Felli “Kenapa harus gua sih Fell, kan ada Haris, dia juga anak PMR kan, lagian lo tau kan kalau gua sama Alka tu enggak pernah akur, males ah gua Fell”.
“Eh Reira Anggika Hastari, sejak kapan anak PMR pandang bulu nolongin orang?”, Felli langsung menarik Rere ke ruang UKS.
Ruang UKS sekolah…
Rere masuk kedalam ruangan yang luas nya tidak ada setengah dari ruang kelas nya, ada satu tempat tidur berukuran kecil, dispenser, kotak P3K, dan sebuah kursi dan meja kayu tempat menaruh dispenser.
“Lo kenapa Al?” Tanya Rere jutek.
“Kepala gua pusing Re, belum sarapan tadi pagi” jawab Alka dengan nada bicara lemah.
Rere memukul pundak Alka yang tengah berbaring di tempat tidur ruang UKS, “Ya lo juga gila, udah tau kalau hari senin tu selain ada upacara juga ada jadwal olahraga masih aja enggak sarapan, jangan-jangan lo belum baca jadwal mata pelajaran kita ya Al.”
“Bisa enggak sih enggak pake mukul Re, gua lagi sakit bukan nya di tolongin malah lo pukulin, lo tuh anak PMR model apa sih, iya gua udah baca lah, kalau enggak gua baca enggak mungkin tadi gua ikut olahraga pae seragan olahraga,” Alka membela diri.
Rere menghidupkan dispenser yang ada di ruang UKS, mengisi gelas dengan separuh air hangat yang di hangatkan lewat disepenser, “Nih minum dulu air putih nya, gua ke kantin sebentar mesan makanan buat lo, abisin air putih nya Al, jangan Cuma lo liatin.”
Beberapa menit berselang…
“Re, kenapa ya kita tuh enggak pernah akur dari dulu, padahal waktu kelas sepuluh kita satu kelas, terus sekarang kelas sebelas kita juga satu kelas, kenapa ya kita enggak pernah akur?” Alka bertanya sambil sibuk mengunyah.
“Jangan Tanya sama gua Al, Tanya sama diri lo sendiri, kenapa dari dulu sampai sekarang lo selalu enggak suka sama hal yang gua lakuin,” jawab Rere “Nih makan sendiri, yang sakit kan kepala lo bukan tangan lo, jadi lo masih bisa kan makan sendiri,” Rere menyerahkan semangkuk bubur ayam kepada Alka.
Alka tidak berbicara lagi, ia terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu lalu melanjutkan mengunyah sarapan nya.
Selasa, 06.35…
Rere berjalan sendiri memasuki gerbang sekolah nya, ia sedang asyik mendengarkan lagu favorit di handphone nya menggunakan earphone ketika suara Alka datang mengganggu.
“Rere,” teriak Alka sambil melepaskan earphone yang terpasang di telinga Rere.
“Apa-apaan sih lo, enggak sopan banget deh, balikin earphone gua Al,” Rere mengambil earphone miliknya dari tangan Alka.
“Re gua bilangan ya, enggak baik tau jalan sambil telinga ditutupin sama earphone gitu, lagian ngapain sih lo setiap pagi pasti selalu dengarin lagu pake earphone gitu sambil jalan pula,” cerocos Alka.
“Bukan urusan lo, eh Al, gara-gara pagi-pagi gini gua ketemu lo itu jadi ngerusak mood gua tau enggak,” Rere mengacungkan jari telunjuk nya didepan mata Alka.
“Kalau gua ngasih ini, mood lo apa masih rusak?” Alka mengeluarkan sekotak cokelat dari dalam tas nya “Makasih ya Re, kemaren udah ngerawat gua di ruang UKS, nih sebagai tanda terimakasih dari gua.”
Rere memegang dahi Alka “Lo enggak lagi sakit kan Al?, tumben sikap lo manis banget sama gua?”
“Yaelah nih anak, gua baik-baik aja kali Re, ini cokelat gua beli buat lo karena kemarin lo udah ngebeliin gua sarapan,” jelas Alka.
Rere tersenyum, “Oh, gua kira kepala lo masih pusing, makasih ya cokelat ya,” Rere menerima cokelat pemberian Alka.
Alka berseri-seri mebalas senyuman Rere, entah apa yang ada di benak Alka, Rere tidak berminat untuk mengetahui nya.
Hari-hari berikutnya di sekolah berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa di bagku kelas sebelas, dan tidak ada hal yang berubah. Namun ada satu perubahan mencolok yang mungkin hanya dirasakan oleh Rere, perubahan itu adalah Alka, seratus delapan puluh derajat sikap Alka kepada Rere berubah yang awalnya Alka selalu mengejek dan tidak pernah suka dengan apapun yang dilakukan Rere hilang begitu saja, semester pertama di kelas sebelas sudah hamper selesai, Alka tiap hari nya berubah menjadi lebih bersikap manis kepada Rere, tak jarang juga Alka menemani Rere ketika mengikuti kegiatan rutin mingguna ekstra kurikuler nya.
“Cie-cie, yang udah akrab banget sama Alka,” Felli menggoda Rere yang sedang sibuk membaca buku Akuntansi di ruang kelas.
“Apaan sih lo Fell, dulu aja waktu gua masih sering ribut sama dia lo nyuruh-nyuruh gua buat damai sama dia, sekarang giliran udah damai, eh lo nya malah ngegodain gua terus,” protes Rere.
“Iya-iya Re, gua Cuma senang aja, telinga gua tuh rasanya nyaman banget karena enggak lagi ngedengerin omelan lo soal Alka, tapi Re, sikap nya Alka malah jadi manis banget sama lo, jangan-jangan dia punya perasaan sama lo Re?” ucap Felli dengan wajah ingin tau.
“Ya enggak lah, enggak mungkin Fell, gua sama Alka itu Cuma temenan biasa, ya kayak gua sama lo gini,” jawab Rere sembari menaruh buku akuntansi kedalam tas ransel nya.
“Jangan bilang gitu Re, pamali, awalnya sih emang temenan, tapi setelah itu, kita semua enggak ada yang tau kan,” Felli melirik Rere, “Ngomong-ngomong lo jadi ikut camping ke Cipelang kan Re?”
“Ya jadilah, gua kan panitia dari Osis, lagian camping nya nanti kan sekalian buat ngelantik anggota ekstra kurikuler baru,” jelas Rere.
“Bagus deh kalau gitu, gua juga dapat tugas buat jadi panitia pelantika ekskul Seni,” wajah Felli antusias, Felli tergabung dalam ekstra kurikuler Seni di sekolah mereka.
Akhir Semester ganjil,,,
 Bumi Perkemahan Cipelang, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat…
Cipelang, berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, tempat ini adalah langgan sekolah Rere untuk melangsungkan acara pelantikan anggota baru di tiap-tiap ekstra kurikuler di sekolah. Rere selain bertugas menjadi panitia dari Osis, ia juga menjadi salah satu yang akan menguji tiap anggota baru ekskul PMR yang akan dilantik, Rere menjadi panitia dari Osis bersama Alka, hal ini membuat mereka makin bertambah akrab satu sama lain.
Hari kedua di Cipelang,,,
Rere sedang berada di tenda milik anggota baru ekskul PMR untuk membantu mereka menyiapkan sarapan ketika Alka menghampiri nya dengan membawa sebuah gitar.
“Re, dengerin baik-baik lagu yang mau gua nyanyiin ini ya,” Alka memasang tampang serius, menghela nafas beberapa detik lalu ia mulai memainkan gitar nya dan menyanyikan sebuah lagu milik Glenn Fredly,,,
Sedalam yang pernah kurasa…
Hasrat ku hanyalah untuk mu…
Terukir manis…
Dalam relungan ku…
Jiwa mu, jiwa ku menyatu…
Biarkanlah ku rasakan…
Hangat nya sentuhan kasih mu…
Bawa daku, penuhi ku…
Berilah diri ku kasih putih, dihati ku…
Kucurahkan isi jiwa ku, hanya padamu…
Dalam air itu…
Ku bawa selamanya diri ku…
--Kasih Putih.


          Rere  tersenyum “Nice song, in nice place, gua baru tau kalau lo gapai banget ngegitar,”
            Alka membalas senyuman Rere “Makasih Re, tapi ada hal lain yang pengen gua sampein, lagu tadi cuma prolog nya aja,” Alka menghela nafas panjang “Rere dengerin baik-baik apa yang mau gua omongin, lo jangan bilang apa-apa sebelum gua selesai ngomong,” Alka menghela nafas nya sekali lagi “Re, gua sayang sama lo, lo tau Re alasan kenapa gua selalu cari gara-gara sama lo, itu karena semata-mata gua pengen dapetin perhatian dari lo, habisnya lo jutek banget sih Re, lo tu enggak sih Re, baru kali ini lho gua ngungkapin perasaan gua langsung ke cewek, ya mumpung lagi di Cipelang, kan jarang-jarang juga ya Re kita ke tempat yang asyik kayak gini,” Alka terdiam sejenak “Kok lo diem aja sih Re” lanjut nya.
“Gimana sih, tadi lo sendiri yang nyuruh gua jangan ngomong apa-apa sebelum lo selesai ngomong,” ucap Rere “Jadi, lo udah selesai ngomong apa belum?”
Alka menggaruk-garuk kepala plontos nya “Belum, maih ada yang pengen gua omongin,” Alka menghela nafas lagi “Reira, apa yang gua omongin tadi itu murni dari hati gua, gua sayang Re sama lo, emang sih gua udah sering suka sama cewek lain, tapi kalau sama lo, itu bukan perasaan suka Re, tapi perasaan sayang,”
“Alasan nya apa lo bisa sayang sama gua? Dan kenapa harus gua?” Tanya Rere.
Alka memasang tampang serius “Re, apa untuk sayang sama seseorang kita harus punya alasan? Enggak Re, kalau ada alasannya itu namanya kagum, bukan sayang, dan kenapa lo, gua juga enggak pernah tau kenapa lo, cinta itu enggak pernah bisa memilih di tempat mana ia akan tumbuh, would you be my girlfriend Reira?”
Rere terdiam, memandangi Alka yang masih memegangi gitar miliknya “I don’t know Al, kasih gua waktu buat ngejawab pertanyaan lo, bisa?”
Alka mengangguk “Ya udah Re, gua balik ke tenda dulu, tapi jangan lama-lama ya Re ngejawab ya.”
Siang hari nya saat pendakian ke Curug Cibeureum…
Rere berjalan bersama Alka,  dibelakang Felli dan Haris teman sekelas nya yang juga anggota ekskul PMR.
Alka berjalan disamping Rere sambil mendendangkan lagu milik Glenn Fredly yang tadi ia nyanyikan untuk Rere. Rere hanya terdiam sambil terus mendengarkan Alka yang selalu mengulang lagu yang sama.
“Al ganti lagu dong, dari camp ground sampai sini lagu itu terus yang lo nyanyiin,” Rere menghentikan langkah nya.
Alka tersenyum “Gua enggak akan berhenti nyanyi lagu itu sebelum lo jawab pertanyaan gua,”
Rere melanjutkan langkah nya sambil berpikir, sebenarnya sedikit demi sedikit Rere juga sudah mulai merasa nyaman sekali dengan kehadiran Alka, sifat Alka yang humoris dan ceplas ceplos membuat hari-hari Rere menjadi lebih berwarna, Rere juga begitu menikmati kehadiran Alka disaat ia sedang ada kegiatan rutin ekskul yang ia ikuti, Rere tidak tau pasti apakah rasa itu yang disebut dengan sayang, yang jelas ia hanya merasa nyaman jika didekat Alka, tertawa sampai puas bersama Alka, dan berdebat mengenai kenapa Alka begitu menyukai karakter kartun looney tunes Bugs Bunny yang membuat Rere selalu tidak bisa menyembunyikan senyum nya jika ia mengingat hal itu.
“Oke, gua jawab sekarang pertanyaan lo,” Rere menghentikan lagkah nya lagi.
Alka memasang wajah antusias,,,,
“Al, gua belum nemu alasan yang bisa ngebuat gua bilang ke lo bahwa gua juga sayang sama lo, tapi satu yang pasti gua selalu ngerasa nyaman kalau ada lo disekitar gua, dan kita jalani aja dulu, sesuai permintaan lo,” jawab Rere.
“Makasih Re, gua bakalan berusaha enggak akan bikin lo kecewa dan nyakitin hati lo, gu bakalan berusaha untuk itu Re,” ucap Alka.
Malam terakhir di camp ground Cipelang di tutup dengan musikalisasi puisi yang sangat indah dari para anggota baru ekstra kurikuler Seni. Semester ganjil dikelas sebelas ditutup Rere dengan menerima cinta Alka, hari-hari berikutnya berjalan dengan sangat cepat. Rere dan Alka tidak pernah bersama di saat jam sekolah, walau mereka satu kelas tapi mereka selalu bisa menjaga jarak ketika di jam sekolah, waktu yang mereka habiskan bersama adalah di saat jam pulang sekolah atau saat ada kegiatan ekstra kurikuler.  Alka menyayangi Rere dengan begitu sempurna, Alka rela menunggu Rere sampai jadwal latihan PMR nya selesai hanya untuk mengantar Rere pulang, tidak pernah sedikit pun Alka meminta imbalan atas apa yang ia lakukan untuk Rere, tak pernah sehari pun Alka lewatkan tanpa memberi Rere origami bangau yang ia buat ketika jam istirahat. Rere begitu amat menyayangi Alka, buat Rere Alka adalah cinta pertama nya yang begitu indah, tidak pernah sedikitpun terlintas dalam benak Rere untuk mengakhiri hubungan nya dengan Alka apapun yang terjadi, walau tak jarang mereka terlibat pertengkaran yang membuat Rere lelah, namun itu semua tertutupi dengan sikap manis Alka yang menyenangkan, Alka adalah udara pagi yang murni, menyejukkan dengan semua embun yang membasahi ranting-ranting bambu di tepi sungai, begitu amat indah. Alka adalah hujan di akhir musim kemarau yang sangat dirindukan, Alka adalah semua yang dibutuhkan Rere selain orangtua, kakak, dan sahabatnya. Bersama Alka, tidak pernah terlintas di benak Rere hal apakah yang akan membuat nya berpisah dengan Alka, sampai pada empat bulan setelah satu tahun hubungan mereka.

Alka, Rere First Anniversary…
Rere dan Alka berada di sebuah restoran cepat saji di salah satu plaza di daerah Tangerang. Hari ini adalah anniversary pertaa bagi mereka. Alka memberikan Rere sebuah kado yang sangat diinginkan Rere, sebuah buku catatan dengan cover Harry Potter dan sebuah miniature kecil Daniel Radclief yang berperan sebagai Harry Potter membawa sebuah tongkat sihir, dari bentuk nya Rere bisa mengetahui miniature Harry Pooter itu adalah salah satu adegan di film ke empat yang berjudul Harry Potter and The Goblet of Fire, dimana Harry mengikuti the  Triwizard Tournament yang diadakan di sekolah sihir Hogwarts, miniature itu merupakan adegan dimana Harry melawan naga Hungaria di tantangan pertama. Rere sangat amat menyukai semua film yang diangkat dari novel karya J.K Rowling itu, beberapa novel nya sudah Rere baca yaitu novel di tahun pertama, ketiga dan keenam Harry bersekolah di Hogwarts, bagaimana mungkin J.K Rowling bisa menciptakan berbagai macam karakter hebat di novel karya nya, mantra-mantra hebat seperti Expecto Patronum atau Sectumsempra yang dipakai Harry ketika menghadapi Draco di buku ke enam, atau memunculkan nama-nama hebat seperti pendiri asrama Gryfindor, Godric Gryfindor, bahkan memunculkan bahasa Parseltounge, bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan ular, itu Harry lakukan saat tahun kedua nya bersekolah, semua itu seolah-olah nyata jika kau hanyut dalam novel nya, brilliant begitulah kira nya gambaran untuk J.K Rowling.
Sementara itu Rere menghadiahi Alka sebuah Mug ukuran besar yang berbentuk kepala Bugs Bunny, si kelinci dalam kartun looney tunes yang ssedang memperlihatkan kedua gigi nya yang besar. Entah mengapa seorang laki-laki seperti Alka bisa begitu menyukai karakter Bugs yang usil di kartun looney tunes, Alka bilang, Bugs itu menyenangkan walau dia usil, Bugs adalah kelinci yang pantang menyerah dan tak pernah putus asa, begitu mengapa ia menyukai si kelinci jail itu.
Begitulah mereka melewatkan hari jadi hubungan mereka, dengan saling bertukar kado satu sama lain. Sampai di kejadian yang membuat Rere berpikir untuk melepaskan Alka, empat bulan kemudian, yaitu di bulan Maret, adalah hari yang tak pernah Rere lupakan selama ia hidup, malam itu ada sebuah berita yang sangat amat buruk, malam itu kakak Rere yang sedang berkuliah di salah satu Universitas Negeri di Jakarta mengalami kecelakaan motor, dan nyawa tidak bisa tertolong, pagi dini harinya orangtua Rere memutuskan untuk memakamkan jenazah kakanya di daerah asal orang tua Rere. Rere memberitahu Alka perihal itu, tengah malam nya sebelum keberangkatan Rere dan orang tua nya, Alka menyempatkan diri untuk datang ke Rumah Sakit Umum Tangerang, menemani Rere yang hanya terdiam saat melihat tubuh kaku kakak nya di dalam peti mati.
Tujuh hari setelah kepergian kakanya, orangtua Rere memutuskan untuk pindah ke Semarang setelah Rere selesai mengikuti Ujian Nasional, agar bisa lebih dekat dengan makam kakak Rere, Rere hanya bisa pasrah dan mengikuti semua rencana orangtua nya, karena ia pun juga tidak ingin terlalu jauh dengan kakak nya. Rere harus mengubur dalam-dalam keinginanannya untuk melanjutkan kuliah di salah satu Universitas Negeri favofitnya, memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Alka yang sudah hampir berjalan selama satu setengah tahun, ia tidak tau harus bagaimana mengatakannya kepada Alka.
Hari pertama Rere masuk sekolah setelah tujuh hari ia Absen, ia berniat untuk membicarakan hal tersebut dengan Alka, ia sudah siap dengan semua resiko yang akan ia hadapi.
“Hi,, my Bugs,” sapa Rere menghampiri Alka yang sedang duduk di depan ruang kelas mereka “Do you miss me?”
Alka tertawa “Of course, I miss you so bad you know, seven days without you is not easy for me honey,”
Bagaimana mungkin Rere akan memberitahu Alka jika ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Alka, melihat senyum Alka saja Rere sudah tidak tahan jika harus menyakiti Alka, “Oh my god, I’m really, really love him, I cannot tell him,” batin Rere di dalam hati.
Rere menghela nafasnya panjang, membuat Alka memasang wajah khawatir yang terkesan curiga “Al, ada hal penting yang harus gua omongin sama lo,” Rere mulai menjelaskan perihal ia yang akan segera pidah ke Semarang setelah Ujian Nasional selesai dan tentang ia yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Alka, Alka tidak berkata apapun saat Rere menjelaskan alasannya mengapa ia menginginkan putus.
“Kita kan tetap bisa ngejalanin hubungan jarak jauh Re, enggak perlu putus begitu aja kan,” tanggap Alka.
“Tapi Al, Long Distance Relationship itu hanya menunda waktu, banyak orang yang ngejalanin LDR yang akhirnya putus dengan cara yang lebih menyakitkan,” Rere mencoba menyakinkan Alka.
Alka menatap mata Rere dan menggenggam tanga Rere erat sekali “Dengerin gua baik-baik ya Re, enggak akan  hal yang bisa bikin kita putus kecuali karena emang salah satu diantara kita udah enggak punya perasaan sayang lagi, ingat itu Re,” Alka melepaskan genggaman tangannya dan pergi meninggalkan Rere.
Rere menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya “Al, gua juga enggak pernah mau mengakhiri hubugan kita, gua terlalu sayang sama lo, tapi gua juga enggak bisa ngejalani LDR itu enggak akan berhasil Alka,”
Hari-hari berikutnya tepat satu bulan sebelum Ujian Nasional tingkat SMA berlangsung, hubungan Rere dan Alka mejadi semakin tak tau arah, semua pesan yang Rere kirimkan untuk Alka tidak satupun dibalas Alka, di sekolah pun mereka tak pernah lagi saling bertegur sapa, Rere pernah menghampiri Alka yang sedang duduk termenung di lapangan basket sekolah, namun Alka menjauh dan pergi, Alka sepertinya masih belum bisa menerima apa yang menjadi keputusan Rere, hal itu membuat Felli menjadi curiga.
“Re, lo putus ya sama Alka?” Felli bertanya kepada Rere saat jam istirahat sekolah.
Rere menggeleng “Enggak tau deh Fell, Alka tiba-tiba ngejauh dari gua,”
Felli bertanya lagi “Lo udah bilang sama Alka soal rencana lo pindah ke Semarang dan lo yang pengen putus sama dia?”
Rere hanya mengangguk,,,
“Re, Alka tu terlalu sayang sama lo, dia enggak rela jika harus ngeakhirin hubungan yang udah dia jalani selama satu setengah tahun, satu setengah tahun itu bukan waktu yang singkat Reira, lo harus nya ngertiin alasan nya dia.”
“Iya tapi gua harus gimana Fell, LDR itu hanya menunda waktu lo untuk mengakhiri sebuah hubungan, dan gua pengen kalau gua sampai putus sama Alka, itu dengan cara baik-baik, dan lo juga tau kan gimana gua sayang sama Alka.”
“Lo terlalu takut dengan bayangan lo sendiri Re, lo bahkan udah mengira-ngira hal yang belum tentu akan terjadi, ya tapi semua keputusan lo, gua harap itu adalah keputusan terbaik buat lo dan juga Alka, jangankan Alka yang sayang banget sama lo, gua aja enggak rela kalau lo harus pindah ke Semarang,” ucap Felli.
Mungkin benar apa yang dikatakan Felli, Rere terlalu takut dengan bayangan nya sendiri, ia terlalu takut akan hal-hal yang bahkan belum tentu akan terjadi.
Hari demi hari Rere merasa makin jauh dengan Alka, tidak ada perubahan dalam sikap Alka, ia makin terkesan begitu dingin, berbeda jauh dengan Alka yang selama ini ia kenal, Rere merindukan Alka, sangat amat merindukan sifat humoris Alka dan semua perlakuan manis Alka, tapi satu hal yang tidak pernah berubah, Alka masih tetap memberikan Rere origami bangau yang ditaruh nya di meja Rere.
Hari terakhir Ujian Nasional…
Rere tidak langsung pulang setelah ujian nya berakhir, ia memutuskan untuk tetp berada di sekolah sampai sore hari, Rere duduk sendiri di bangku dekat lapangan basket sekolah nya, memandangi lapangan basket yang perlahan mulai sepi,,,
“Re,” suara seseorang mengagetkan Rere, Rere menoleh ke tempat suara tersebut berasal,
“Al, belum pulang?” Rere langsung berdiri dari tempat ia duduk.
Alka duduk disamping Rere menarik tangan Rere dan menyuruhnya untuk duduk lagi “Jadi pindah ke Semarang kapan Re?” Alka memulai pembicaraan.
“Besok sore Al,”
“Maafin gua Re karena terlalu egois, maaf karena beberapa hari kemarin gua bersikap cuek, andai hari-hari kemarin bisa ke ulang lagi Re, gua bakal bikin kenangan yang paling indah buat lo, maafin gua ya Re.”
Rere memandang wajah Alka dengan mata berkaca-kaca “Al, satu setengah tahun itu berarti banget buat gua, Al gua pengen putus bukan karena gua enggak sayang sama lo, justru karena satu setengah tahun itu terlalu berarti maka nya gua pengen kita putus bukan dengan cara yang menyakitkan, akan lebih baik jika kita putus disaat kita masih saling sayang, itu enggak akan ngebuat kita jadi saling benci,”
Alka membelai rambut Rere yang terurai “Re, lo adalah orang yang paling susah buat ngubah pendirian lo, dan sekarang apapun keputusan lo gua bakal terima, tapi dengan satu syarat,”
“Apa syarat nya Al?”
“Jangan pernah ganti nomor handphone lo, oke?”
“Cuma itu?”
Alka mengangguk “You always be my first, you know that,”
Empat tahun sudah berlalu…
Rere berada disebuah kedai kopi di salah satu mall di Semarang, lagu Kasih Putih milik Glenn Fredly mengingatkannya akan Alka yang mengungkapkan perasaan nya di tempat yang begitu indah di Cipelang, Rere tersenyum kecil mengingat kisah nya bersama Alka, bersama cinta pertama nya, “Andai aku di beri kesempatan untuk bertemu mu lagi Al, aku akan meminta maaf karena telah mengingkari janji ku”, batin Rere “Bagaimana keadaan mu sekarang, empat tahun berlalu, bahkan belum ada lagi kisah cinta ku yang sebaik saat bersama mu,”  Kau tau seperti apapun kisahnya, bagiku cinta pertama tetaplah indah, tidak akan pernah ada habisnya untuk dikenang, walau itu berakhir dengan suka ataupun duka, dengan senyum ataupun air mata, cinta pertama tetaplah yang pertama, karena sebelumnya tidak ada orang lain selain ia.

                                                                                                            Based on my true story…
                                                                                                            --The End--













Tidak ada komentar:

Posting Komentar