--First--
Seperti apapun kisahnya,
bagiku cinta pertama tetaplah indah, tidak akan pernah ada habisnya untuk
dikenang, walau itu berakhir dengan suka ataupun duka, dengan senyum ataupun
air mata, cinta pertama tetaplah yang pertama, karena sebelumnya tidak ada
orang lain selain ia.
Ketika di masa putih abu-abu….
“Bosan
aku dengan penat, dan enyah saja kau pekat, seperti berjelaga jika ku sendiri,”
bait terakhir dari musikalisasi puisi yang dibawakan Dian Sastro dalam film
nya, “Tentang Seseorang dalam film Ada Apa Dengan Cinta,” tutup Rere saat
selesai membawakan puisi yang terkenal lewat film Ada Apa Dengan Cinta.
Suara tepuk tangan yang tidak
terlalu riuh memecah keheningan malam di Sekolah Rere, malam ini adalah malam
awal tahun ajaran baru di SMA tempat Rere bersekolah. Pada malam setelah Masa
Orientasi Sekolah berakhir, biasanya pihak Osis mengadakan camping satu malam
di lingkungan sekolah untuk mengenalkan ekstra kurikuler yang ingin diikuti
oleh setiap siswa baru, kegiatan ini wajib diikuti oleh semua siswa baru di
sekolah, untuk lebih memahami mana ekstra kurikuler yang akan mereka ikuti, kecuali
ekstra kurikuler Pramuka, karena ekstra tersebut wajib diikuti oleh semua siswa
baru dan bukan ekstra kurikuler pilihan melainkan ekstra kurikuler utama.
“Keren banget Re, gila ya, gua baru
tau lho kalau lo gapai banget ngebawain puisi,” puji Felli yang tidak lain
adalah sahabat Rere.
“Yaelah, biasa aja kali Fell, gitu doang
mah gua juga bisa,” sahut Alka, Alka adalah satu-satu nya orang yang selalu tidak
suka dengan apa yang dilakukan oleh Rere, termasuk malam ini.
“Apain sih lo Al, siapa juga gitu
yang nyuruh lo ikutan ngomong,” bentak Felli.
“Iya udahlah Fell, enggak ada
untung nya juga gitu ngurusin si
Alka yang abstrak itu cuekin aja lah,” sahut Rere.
Reira Anggika Hastari, siswa kelas
dua atau yang sekarang disebut dengan kelas sebelas di salah satu SMA Negeri di
Kota Tangerang, ia adalah seorang perempuan yang seperti kebanyakan perempuan
lain seusia nya, Rere begitu teman-teman nya memanggil, ia memiliki rambut
panjang lurus, mata nya tajam berbentuk oval, alis mata nya hitam namun tidak
terlalu tebal, ia memiliki warna kulit kuning langsat, Rere adalah salah satu
anggota ektra kurikuler Palang Merah Remaja di sekolah nya, ia sudah mengikuti
ekskul PMR sejak ia masih di SMP. Rere, begitu menikmati jika ia harus berjaga
di barisan paling belakang ketika upacara bendera hari senin berlangsung, ia
bangga ketika memakai seragam Osis nya karena tertempel badge lambang PMR yang
berlatar warna kuning di lengan kiri seragam Osis nya, dan merawat
teman-temannya di UKS, PMR tingkat SMA
adalah PMR tingkatan Wira, di badge nya berwarna latar kuning, jika di masih di
tingkat SMP maka tingkatan nya adalah PMR Madya, badge nya berwarna latar biru
tua atau navy.
Rere selain memiliki sahabat dekat
bernama Felli, ia juga memiliki seorang yang bisa dibilang adalah haters nya,
laki-laki itu bernama Reo Alka Zakaria, Rere dan teman-teman nya yang lain biasa
mamanggil nya Alka, adalah seorang atlet lari sekolah dan juga anggota ekskul
Paskibra Sekolah, Alka memiliki tinggi 176 cm, berbadan kurus ,kulit sawo
matang, rambut plontos, mata lebar, dan
alis matanya hitam tebal. Alka adalah idola baru dikalangan siswi baru, saat
menjadi panitia MOS, Alka lah yang paling banyak mendapatkan greetings massage
tiap harinya.
Senin, hari pertama di kelas
sebelas IPS 1…
“Re, ikut gua ke lapangan, penting
Re penting,” bujuk Felli.
“Apaan sih Fell, apanya yang
penting?” Tanya Rere dengan wajah kebingungan.
“Si Alka, katanya mau pingsan Re,
ayo buruan ikut gua,” Felli menarik tangan Rere.
Rere melapaskan tangan Felli
“Kenapa harus gua sih Fell, kan ada Haris, dia juga anak PMR kan, lagian lo tau
kan kalau gua sama Alka tu enggak pernah akur, males ah gua Fell”.
“Eh Reira Anggika Hastari, sejak
kapan anak PMR pandang bulu nolongin orang?”, Felli langsung menarik Rere ke
ruang UKS.
Ruang UKS sekolah…
Rere masuk kedalam ruangan yang
luas nya tidak ada setengah dari ruang kelas nya, ada satu tempat tidur
berukuran kecil, dispenser, kotak P3K, dan sebuah kursi dan meja kayu tempat
menaruh dispenser.
“Lo kenapa Al?” Tanya Rere jutek.
“Kepala gua pusing Re, belum
sarapan tadi pagi” jawab Alka dengan nada bicara lemah.
Rere memukul pundak Alka yang
tengah berbaring di tempat tidur ruang UKS, “Ya lo juga gila, udah tau kalau
hari senin tu selain ada upacara juga ada jadwal olahraga masih aja enggak
sarapan, jangan-jangan lo belum baca jadwal mata pelajaran kita ya Al.”
“Bisa enggak sih enggak pake mukul
Re, gua lagi sakit bukan nya di tolongin malah lo pukulin, lo tuh anak PMR
model apa sih, iya gua udah baca lah, kalau enggak gua baca enggak mungkin tadi
gua ikut olahraga pae seragan olahraga,” Alka membela diri.
Rere menghidupkan dispenser yang
ada di ruang UKS, mengisi gelas dengan separuh air hangat yang di hangatkan
lewat disepenser, “Nih minum dulu air putih nya, gua ke kantin sebentar mesan
makanan buat lo, abisin air putih nya Al, jangan Cuma lo liatin.”
Beberapa menit berselang…
“Re, kenapa ya kita tuh enggak
pernah akur dari dulu, padahal waktu kelas sepuluh kita satu kelas, terus
sekarang kelas sebelas kita juga satu kelas, kenapa ya kita enggak pernah
akur?” Alka bertanya sambil sibuk mengunyah.
“Jangan Tanya sama gua Al, Tanya
sama diri lo sendiri, kenapa dari dulu sampai sekarang lo selalu enggak suka
sama hal yang gua lakuin,” jawab Rere “Nih makan sendiri, yang sakit kan kepala
lo bukan tangan lo, jadi lo masih bisa kan makan sendiri,” Rere menyerahkan
semangkuk bubur ayam kepada Alka.
Alka tidak berbicara lagi, ia
terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu lalu melanjutkan mengunyah sarapan
nya.
Selasa, 06.35…
Rere berjalan sendiri memasuki
gerbang sekolah nya, ia sedang asyik mendengarkan lagu favorit di handphone nya
menggunakan earphone ketika suara Alka datang mengganggu.
“Rere,” teriak Alka sambil
melepaskan earphone yang terpasang di telinga Rere.
“Apa-apaan sih lo, enggak sopan
banget deh, balikin earphone gua Al,” Rere mengambil earphone miliknya dari
tangan Alka.
“Re gua bilangan ya, enggak baik
tau jalan sambil telinga ditutupin sama earphone gitu, lagian ngapain sih lo
setiap pagi pasti selalu dengarin lagu pake earphone gitu sambil jalan pula,”
cerocos Alka.
“Bukan urusan lo, eh Al, gara-gara
pagi-pagi gini gua ketemu lo itu jadi ngerusak mood gua tau enggak,” Rere
mengacungkan jari telunjuk nya didepan mata Alka.
“Kalau gua ngasih ini, mood lo apa
masih rusak?” Alka mengeluarkan sekotak cokelat dari dalam tas nya “Makasih ya
Re, kemaren udah ngerawat gua di ruang UKS, nih sebagai tanda terimakasih dari
gua.”
Rere memegang dahi Alka “Lo enggak
lagi sakit kan Al?, tumben sikap lo manis banget sama gua?”
“Yaelah nih anak, gua baik-baik aja
kali Re, ini cokelat gua beli buat lo karena kemarin lo udah ngebeliin gua
sarapan,” jelas Alka.
Rere tersenyum, “Oh, gua kira
kepala lo masih pusing, makasih ya cokelat ya,” Rere menerima cokelat pemberian
Alka.
Alka berseri-seri mebalas senyuman
Rere, entah apa yang ada di benak Alka, Rere tidak berminat untuk mengetahui
nya.
Hari-hari berikutnya di sekolah
berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa di bagku kelas sebelas, dan
tidak ada hal yang berubah. Namun ada satu perubahan mencolok yang mungkin
hanya dirasakan oleh Rere, perubahan itu adalah Alka, seratus delapan puluh
derajat sikap Alka kepada Rere berubah yang awalnya Alka selalu mengejek dan
tidak pernah suka dengan apapun yang dilakukan Rere hilang begitu saja,
semester pertama di kelas sebelas sudah hamper selesai, Alka tiap hari nya
berubah menjadi lebih bersikap manis kepada Rere, tak jarang juga Alka menemani
Rere ketika mengikuti kegiatan rutin mingguna ekstra kurikuler nya.
“Cie-cie, yang udah akrab banget
sama Alka,” Felli menggoda Rere yang sedang sibuk membaca buku Akuntansi di
ruang kelas.
“Apaan sih lo Fell, dulu aja waktu
gua masih sering ribut sama dia lo nyuruh-nyuruh gua buat damai sama dia,
sekarang giliran udah damai, eh lo nya malah ngegodain gua terus,” protes Rere.
“Iya-iya Re, gua Cuma senang aja,
telinga gua tuh rasanya nyaman banget karena enggak lagi ngedengerin omelan lo
soal Alka, tapi Re, sikap nya Alka malah jadi manis banget sama lo,
jangan-jangan dia punya perasaan sama lo Re?” ucap Felli dengan wajah ingin
tau.
“Ya enggak lah, enggak mungkin
Fell, gua sama Alka itu Cuma temenan biasa, ya kayak gua sama lo gini,” jawab
Rere sembari menaruh buku akuntansi kedalam tas ransel nya.
“Jangan bilang gitu Re, pamali,
awalnya sih emang temenan, tapi setelah itu, kita semua enggak ada yang tau
kan,” Felli melirik Rere, “Ngomong-ngomong lo jadi ikut camping ke Cipelang kan
Re?”
“Ya jadilah, gua kan panitia dari Osis,
lagian camping nya nanti kan sekalian buat ngelantik anggota ekstra kurikuler
baru,” jelas Rere.
“Bagus deh kalau gitu, gua juga
dapat tugas buat jadi panitia pelantika ekskul Seni,” wajah Felli antusias,
Felli tergabung dalam ekstra kurikuler Seni di sekolah mereka.
Akhir Semester ganjil,,,
Bumi Perkemahan Cipelang, Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat…
Cipelang, berada dalam kawasan
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, tempat ini adalah langgan
sekolah Rere untuk melangsungkan acara pelantikan anggota baru di tiap-tiap
ekstra kurikuler di sekolah. Rere selain bertugas menjadi panitia dari Osis, ia
juga menjadi salah satu yang akan menguji tiap anggota baru ekskul PMR yang
akan dilantik, Rere menjadi panitia dari Osis bersama Alka, hal ini membuat
mereka makin bertambah akrab satu sama lain.
Hari kedua di Cipelang,,,
Rere sedang berada di tenda milik
anggota baru ekskul PMR untuk membantu mereka menyiapkan sarapan ketika Alka
menghampiri nya dengan membawa sebuah gitar.
“Re, dengerin baik-baik lagu yang
mau gua nyanyiin ini ya,” Alka memasang tampang serius, menghela nafas beberapa
detik lalu ia mulai memainkan gitar nya dan menyanyikan sebuah lagu milik Glenn
Fredly,,,
Sedalam
yang pernah kurasa…
Hasrat
ku hanyalah untuk mu…
Terukir
manis…
Dalam
relungan ku…
Jiwa
mu, jiwa ku menyatu…
Biarkanlah
ku rasakan…
Hangat
nya sentuhan kasih mu…
Bawa
daku, penuhi ku…
Berilah
diri ku kasih putih, dihati ku…
Kucurahkan
isi jiwa ku, hanya padamu…
Dalam
air itu…
Ku
bawa selamanya diri ku…
--Kasih Putih.
Rere tersenyum
“Nice song, in nice place, gua baru tau kalau lo gapai banget ngegitar,”
Alka
membalas senyuman Rere “Makasih Re, tapi ada hal lain yang pengen gua sampein,
lagu tadi cuma prolog nya aja,” Alka menghela nafas panjang “Rere dengerin
baik-baik apa yang mau gua omongin, lo jangan bilang apa-apa sebelum gua
selesai ngomong,” Alka menghela nafas nya sekali lagi “Re, gua sayang sama lo,
lo tau Re alasan kenapa gua selalu cari gara-gara sama lo, itu karena
semata-mata gua pengen dapetin perhatian dari lo, habisnya lo jutek banget sih
Re, lo tu enggak sih Re, baru kali ini lho gua ngungkapin perasaan gua langsung
ke cewek, ya mumpung lagi di Cipelang, kan jarang-jarang juga ya Re kita ke
tempat yang asyik kayak gini,” Alka terdiam sejenak “Kok lo diem aja sih Re”
lanjut nya.
“Gimana
sih, tadi lo sendiri yang nyuruh gua jangan ngomong apa-apa sebelum lo selesai
ngomong,” ucap Rere “Jadi, lo udah selesai ngomong apa belum?”
Alka
menggaruk-garuk kepala plontos nya “Belum, maih ada yang pengen gua omongin,”
Alka menghela nafas lagi “Reira, apa yang gua omongin tadi itu murni dari hati
gua, gua sayang Re sama lo, emang sih gua udah sering suka sama cewek lain,
tapi kalau sama lo, itu bukan perasaan suka Re, tapi perasaan sayang,”
“Alasan
nya apa lo bisa sayang sama gua? Dan kenapa harus gua?” Tanya Rere.
Alka
memasang tampang serius “Re, apa untuk sayang sama seseorang kita harus punya
alasan? Enggak Re, kalau ada alasannya itu namanya kagum, bukan sayang, dan
kenapa lo, gua juga enggak pernah tau kenapa lo, cinta itu enggak pernah bisa
memilih di tempat mana ia akan tumbuh, would you be my girlfriend Reira?”
Rere
terdiam, memandangi Alka yang masih memegangi gitar miliknya “I don’t know Al,
kasih gua waktu buat ngejawab pertanyaan lo, bisa?”
Alka
mengangguk “Ya udah Re, gua balik ke tenda dulu, tapi jangan lama-lama ya Re
ngejawab ya.”
Siang
hari nya saat pendakian ke Curug Cibeureum…
Rere
berjalan bersama Alka, dibelakang Felli
dan Haris teman sekelas nya yang juga anggota ekskul PMR.
Alka
berjalan disamping Rere sambil mendendangkan lagu milik Glenn Fredly yang tadi
ia nyanyikan untuk Rere. Rere hanya terdiam sambil terus mendengarkan Alka yang
selalu mengulang lagu yang sama.
“Al
ganti lagu dong, dari camp ground sampai sini lagu itu terus yang lo nyanyiin,”
Rere menghentikan langkah nya.
Alka
tersenyum “Gua enggak akan berhenti nyanyi lagu itu sebelum lo jawab pertanyaan
gua,”
Rere
melanjutkan langkah nya sambil berpikir, sebenarnya sedikit demi sedikit Rere
juga sudah mulai merasa nyaman sekali dengan kehadiran Alka, sifat Alka yang
humoris dan ceplas ceplos membuat hari-hari Rere menjadi lebih berwarna, Rere
juga begitu menikmati kehadiran Alka disaat ia sedang ada kegiatan rutin ekskul
yang ia ikuti, Rere tidak tau pasti apakah rasa itu yang disebut dengan sayang,
yang jelas ia hanya merasa nyaman jika didekat Alka, tertawa sampai puas
bersama Alka, dan berdebat mengenai kenapa Alka begitu menyukai karakter kartun
looney tunes Bugs Bunny yang membuat Rere selalu tidak bisa menyembunyikan
senyum nya jika ia mengingat hal itu.
“Oke,
gua jawab sekarang pertanyaan lo,” Rere menghentikan lagkah nya lagi.
Alka
memasang wajah antusias,,,,
“Al,
gua belum nemu alasan yang bisa ngebuat gua bilang ke lo bahwa gua juga sayang
sama lo, tapi satu yang pasti gua selalu ngerasa nyaman kalau ada lo disekitar
gua, dan kita jalani aja dulu, sesuai permintaan lo,” jawab Rere.
“Makasih
Re, gua bakalan berusaha enggak akan bikin lo kecewa dan nyakitin hati lo, gu
bakalan berusaha untuk itu Re,” ucap Alka.
Malam
terakhir di camp ground Cipelang di tutup dengan musikalisasi puisi yang sangat
indah dari para anggota baru ekstra kurikuler Seni. Semester ganjil dikelas
sebelas ditutup Rere dengan menerima cinta Alka, hari-hari berikutnya berjalan
dengan sangat cepat. Rere dan Alka tidak pernah bersama di saat jam sekolah,
walau mereka satu kelas tapi mereka selalu bisa menjaga jarak ketika di jam
sekolah, waktu yang mereka habiskan bersama adalah di saat jam pulang sekolah
atau saat ada kegiatan ekstra kurikuler. Alka menyayangi Rere dengan begitu sempurna,
Alka rela menunggu Rere sampai jadwal latihan PMR nya selesai hanya untuk
mengantar Rere pulang, tidak pernah sedikit pun Alka meminta imbalan atas apa
yang ia lakukan untuk Rere, tak pernah sehari pun Alka lewatkan tanpa memberi Rere
origami bangau yang ia buat ketika jam istirahat. Rere begitu amat menyayangi
Alka, buat Rere Alka adalah cinta pertama nya yang begitu indah, tidak pernah
sedikitpun terlintas dalam benak Rere untuk mengakhiri hubungan nya dengan Alka
apapun yang terjadi, walau tak jarang mereka terlibat pertengkaran yang membuat
Rere lelah, namun itu semua tertutupi dengan sikap manis Alka yang menyenangkan,
Alka adalah udara pagi yang murni, menyejukkan dengan semua embun yang
membasahi ranting-ranting bambu di tepi sungai, begitu amat indah. Alka adalah
hujan di akhir musim kemarau yang sangat dirindukan, Alka adalah semua yang
dibutuhkan Rere selain orangtua, kakak, dan sahabatnya. Bersama Alka, tidak
pernah terlintas di benak Rere hal apakah yang akan membuat nya berpisah dengan
Alka, sampai pada empat bulan setelah satu tahun hubungan mereka.
Alka,
Rere First Anniversary…
Rere
dan Alka berada di sebuah restoran cepat saji di salah satu plaza di daerah
Tangerang. Hari ini adalah anniversary pertaa bagi mereka. Alka memberikan Rere
sebuah kado yang sangat diinginkan Rere, sebuah buku catatan dengan cover Harry
Potter dan sebuah miniature kecil Daniel Radclief yang berperan sebagai Harry
Potter membawa sebuah tongkat sihir, dari bentuk nya Rere bisa mengetahui miniature
Harry Pooter itu adalah salah satu adegan di film ke empat yang berjudul Harry
Potter and The Goblet of Fire, dimana Harry mengikuti the Triwizard Tournament yang diadakan di sekolah
sihir Hogwarts, miniature itu merupakan adegan dimana Harry melawan naga
Hungaria di tantangan pertama. Rere sangat amat menyukai semua film yang
diangkat dari novel karya J.K Rowling itu, beberapa novel nya sudah Rere baca
yaitu novel di tahun pertama, ketiga dan keenam Harry bersekolah di Hogwarts,
bagaimana mungkin J.K Rowling bisa menciptakan berbagai macam karakter hebat di
novel karya nya, mantra-mantra hebat seperti Expecto Patronum atau Sectumsempra
yang dipakai Harry ketika menghadapi Draco di buku ke enam, atau memunculkan
nama-nama hebat seperti pendiri asrama Gryfindor, Godric Gryfindor, bahkan
memunculkan bahasa Parseltounge, bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan
ular, itu Harry lakukan saat tahun kedua nya bersekolah, semua itu seolah-olah
nyata jika kau hanyut dalam novel nya, brilliant begitulah kira nya gambaran
untuk J.K Rowling.
Sementara
itu Rere menghadiahi Alka sebuah Mug ukuran besar yang berbentuk kepala Bugs
Bunny, si kelinci dalam kartun looney tunes yang ssedang memperlihatkan kedua
gigi nya yang besar. Entah mengapa seorang laki-laki seperti Alka bisa begitu menyukai
karakter Bugs yang usil di kartun looney tunes, Alka bilang, Bugs itu
menyenangkan walau dia usil, Bugs adalah kelinci yang pantang menyerah dan tak
pernah putus asa, begitu mengapa ia menyukai si kelinci jail itu.
Begitulah
mereka melewatkan hari jadi hubungan mereka, dengan saling bertukar kado satu
sama lain. Sampai di kejadian yang membuat Rere berpikir untuk melepaskan Alka,
empat bulan kemudian, yaitu di bulan Maret, adalah hari yang tak pernah Rere
lupakan selama ia hidup, malam itu ada sebuah berita yang sangat amat buruk,
malam itu kakak Rere yang sedang berkuliah di salah satu Universitas Negeri di
Jakarta mengalami kecelakaan motor, dan nyawa tidak bisa tertolong, pagi dini
harinya orangtua Rere memutuskan untuk memakamkan jenazah kakanya di daerah
asal orang tua Rere. Rere memberitahu Alka perihal itu, tengah malam nya
sebelum keberangkatan Rere dan orang tua nya, Alka menyempatkan diri untuk
datang ke Rumah Sakit Umum Tangerang, menemani Rere yang hanya terdiam saat
melihat tubuh kaku kakak nya di dalam peti mati.
Tujuh
hari setelah kepergian kakanya, orangtua Rere memutuskan untuk pindah ke
Semarang setelah Rere selesai mengikuti Ujian Nasional, agar bisa lebih dekat
dengan makam kakak Rere, Rere hanya bisa pasrah dan mengikuti semua rencana
orangtua nya, karena ia pun juga tidak ingin terlalu jauh dengan kakak nya. Rere
harus mengubur dalam-dalam keinginanannya untuk melanjutkan kuliah di salah
satu Universitas Negeri favofitnya, memutuskan untuk mengakhiri hubungannya
dengan Alka yang sudah hampir berjalan selama satu setengah tahun, ia tidak tau
harus bagaimana mengatakannya kepada Alka.
Hari
pertama Rere masuk sekolah setelah tujuh hari ia Absen, ia berniat untuk
membicarakan hal tersebut dengan Alka, ia sudah siap dengan semua resiko yang
akan ia hadapi.
“Hi,,
my Bugs,” sapa Rere menghampiri Alka yang sedang duduk di depan ruang kelas
mereka “Do you miss me?”
Alka
tertawa “Of course, I miss you so bad you know, seven days without you is not
easy for me honey,”
Bagaimana
mungkin Rere akan memberitahu Alka jika ia ingin mengakhiri hubungannya dengan
Alka, melihat senyum Alka saja Rere sudah tidak tahan jika harus menyakiti Alka,
“Oh my god, I’m really, really love him, I cannot tell him,” batin Rere di
dalam hati.
Rere
menghela nafasnya panjang, membuat Alka memasang wajah khawatir yang terkesan
curiga “Al, ada hal penting yang harus gua omongin sama lo,” Rere mulai
menjelaskan perihal ia yang akan segera pidah ke Semarang setelah Ujian
Nasional selesai dan tentang ia yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Alka,
Alka tidak berkata apapun saat Rere menjelaskan alasannya mengapa ia
menginginkan putus.
“Kita
kan tetap bisa ngejalanin hubungan jarak jauh Re, enggak perlu putus begitu aja
kan,” tanggap Alka.
“Tapi
Al, Long Distance Relationship itu hanya menunda waktu, banyak orang yang
ngejalanin LDR yang akhirnya putus dengan cara yang lebih menyakitkan,” Rere
mencoba menyakinkan Alka.
Alka
menatap mata Rere dan menggenggam tanga Rere erat sekali “Dengerin gua
baik-baik ya Re, enggak akan hal yang
bisa bikin kita putus kecuali karena emang salah satu diantara kita udah enggak
punya perasaan sayang lagi, ingat itu Re,” Alka melepaskan genggaman tangannya
dan pergi meninggalkan Rere.
Rere
menutup wajah nya dengan kedua telapak tangannya “Al, gua juga enggak pernah
mau mengakhiri hubugan kita, gua terlalu sayang sama lo, tapi gua juga enggak
bisa ngejalani LDR itu enggak akan berhasil Alka,”
Hari-hari
berikutnya tepat satu bulan sebelum Ujian Nasional tingkat SMA berlangsung,
hubungan Rere dan Alka mejadi semakin tak tau arah, semua pesan yang Rere
kirimkan untuk Alka tidak satupun dibalas Alka, di sekolah pun mereka tak
pernah lagi saling bertegur sapa, Rere pernah menghampiri Alka yang sedang
duduk termenung di lapangan basket sekolah, namun Alka menjauh dan pergi, Alka
sepertinya masih belum bisa menerima apa yang menjadi keputusan Rere, hal itu
membuat Felli menjadi curiga.
“Re,
lo putus ya sama Alka?” Felli bertanya kepada Rere saat jam istirahat sekolah.
Rere
menggeleng “Enggak tau deh Fell, Alka tiba-tiba ngejauh dari gua,”
Felli
bertanya lagi “Lo udah bilang sama Alka soal rencana lo pindah ke Semarang dan
lo yang pengen putus sama dia?”
Rere
hanya mengangguk,,,
“Re,
Alka tu terlalu sayang sama lo, dia enggak rela jika harus ngeakhirin hubungan
yang udah dia jalani selama satu setengah tahun, satu setengah tahun itu bukan
waktu yang singkat Reira, lo harus nya ngertiin alasan nya dia.”
“Iya
tapi gua harus gimana Fell, LDR itu hanya menunda waktu lo untuk mengakhiri
sebuah hubungan, dan gua pengen kalau gua sampai putus sama Alka, itu dengan
cara baik-baik, dan lo juga tau kan gimana gua sayang sama Alka.”
“Lo
terlalu takut dengan bayangan lo sendiri Re, lo bahkan udah mengira-ngira hal
yang belum tentu akan terjadi, ya tapi semua keputusan lo, gua harap itu adalah
keputusan terbaik buat lo dan juga Alka, jangankan Alka yang sayang banget sama
lo, gua aja enggak rela kalau lo harus pindah ke Semarang,” ucap Felli.
Mungkin
benar apa yang dikatakan Felli, Rere terlalu takut dengan bayangan nya sendiri,
ia terlalu takut akan hal-hal yang bahkan belum tentu akan terjadi.
Hari
demi hari Rere merasa makin jauh dengan Alka, tidak ada perubahan dalam sikap
Alka, ia makin terkesan begitu dingin, berbeda jauh dengan Alka yang selama ini
ia kenal, Rere merindukan Alka, sangat amat merindukan sifat humoris Alka dan
semua perlakuan manis Alka, tapi satu hal yang tidak pernah berubah, Alka masih
tetap memberikan Rere origami bangau yang ditaruh nya di meja Rere.
Hari
terakhir Ujian Nasional…
Rere
tidak langsung pulang setelah ujian nya berakhir, ia memutuskan untuk tetp
berada di sekolah sampai sore hari, Rere duduk sendiri di bangku dekat lapangan
basket sekolah nya, memandangi lapangan basket yang perlahan mulai sepi,,,
“Re,”
suara seseorang mengagetkan Rere, Rere menoleh ke tempat suara tersebut
berasal,
“Al,
belum pulang?” Rere langsung berdiri dari tempat ia duduk.
Alka
duduk disamping Rere menarik tangan Rere dan menyuruhnya untuk duduk lagi “Jadi
pindah ke Semarang kapan Re?” Alka memulai pembicaraan.
“Besok
sore Al,”
“Maafin
gua Re karena terlalu egois, maaf karena beberapa hari kemarin gua bersikap
cuek, andai hari-hari kemarin bisa ke ulang lagi Re, gua bakal bikin kenangan
yang paling indah buat lo, maafin gua ya Re.”
Rere
memandang wajah Alka dengan mata berkaca-kaca “Al, satu setengah tahun itu
berarti banget buat gua, Al gua pengen putus bukan karena gua enggak sayang sama lo,
justru karena satu setengah tahun itu terlalu berarti maka nya gua pengen kita putus bukan
dengan cara yang menyakitkan, akan lebih baik jika kita putus disaat kita masih
saling sayang, itu enggak akan ngebuat kita jadi saling benci,”
Alka
membelai rambut Rere yang terurai “Re, lo adalah orang yang paling susah buat
ngubah pendirian lo, dan sekarang apapun keputusan lo gua bakal terima, tapi
dengan satu syarat,”
“Apa
syarat nya Al?”
“Jangan
pernah ganti nomor handphone lo, oke?”
“Cuma
itu?”
Alka
mengangguk “You always be my first, you know that,”
Empat
tahun sudah berlalu…
Rere berada disebuah kedai kopi di
salah satu mall di Semarang, lagu Kasih Putih milik Glenn Fredly
mengingatkannya akan Alka yang mengungkapkan perasaan nya di tempat yang begitu
indah di Cipelang, Rere tersenyum kecil mengingat kisah nya bersama Alka,
bersama cinta pertama nya, “Andai aku di beri kesempatan untuk bertemu mu lagi
Al, aku akan meminta maaf karena telah mengingkari janji ku”, batin Rere “Bagaimana
keadaan mu sekarang, empat tahun berlalu, bahkan belum ada lagi kisah cinta ku
yang sebaik saat bersama mu,” Kau tau seperti
apapun kisahnya, bagiku cinta pertama tetaplah indah, tidak akan pernah ada
habisnya untuk dikenang, walau itu berakhir dengan suka ataupun duka, dengan
senyum ataupun air mata, cinta pertama tetaplah yang pertama, karena sebelumnya
tidak ada orang lain selain ia.
Based
on my true story…
--The
End--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar