Senin, 23 Juni 2014

Pilihan Melyka

Pilihan Melyka
_Memaafkan tapi menerima atau Tidak memaafkan tapi melupakan_


08.00
Mely, baru terbangun, ia hanya tidur selama empat jam… ia harus meyelesaikan proyek barunya, proyek yang membuatnya harus rela mengurangi waktu tidurnya yang awalnya enam jam, menjadi empat jam dalam sehari, Mely adalah seorang arsitek disebuah perusahaan kontraktor milik perorangan di Semarang, ia harus membuat rancangan design sesuai keinginan developer, dan hal-hal lain yang membuatnya sakit kepala.
Melyka Arliana Herman, menatap langit-langit kamar kosnya, ia mencoba mengingat tanggal berapa hari ini, karena kepalanya terasa sangat berat akhirnya ia mengambil handphonenya, melihat tanggalan melalui handphone miliknya,
Sunday, June, 09, 2013…
Ingatannya memaksa Mely kembali pada tanggal yang sama satu tahun lalu, dimana mantan kekasihnya Khalil, mengkhianatinya, mengkhianati hubungan yang mereka jalin selama lima tahun…
Saturday, June, 09, 2012… satu tahun lalu
20.45..
Mely berada didalam sebuah kafe disalah satu mall di Semarang, ia mendatangi kafe tersebut, karena ia baru saja mendapat kabar dari temannya yang bekerja satu tempat dengannya, bahwa temannya itu melihat Khalil, sedang bersama seorang wanita muda yang memiliki selisih usia sepuluh tahun dengan Khalil, usia Khalil saat itu dua puluh tujuh tahun, dan Mely dua puluh empat tahun…. Dan benar, Mely, mendapati Khalil tengah duduk di sudut kafe sedang berbincang mesra dengan wanita muda itu, mari kita sebut dia dengan nama Windy. Windy bersender mesra dipundak kiri Khalil, dan tangan kiri Khalil melingkar sempurna di pundak Windy.
“Khalil”… Mely berdiri tepat disamping Khalil,
Khalil menoleh, “Melyka…” Khalil terkejut ia langsung melepaskan tangannya dari pundak Windy…
“Ini yang kau bilang meeting dengan klienmu”, mata Mely memerah, “Aku baru tau bahwa kau memiliki klien seorang anak SMA,” Mely melirik Windy yang sama terkejutnya dengan Khalil, “Project apa, hu?, project pentas seni SMA atau apa?” imbuh Mely,,,
Khalil adalah seorang Event Organizer, dia sudah enam tahum mengurus EO miliknya sendiri, Khalil memiliki penampilan yang bisa dibilang biasa-biasa saja, namun ia begitu manis, jika Khalil tersenyum, maka lesung pipinya akan terlihat, tinggi Khalil 175 cm, Khalil senang memakai celana jeans pendek, dan kaos oblong, rambut Khalil sedikt gondrong, dilihat dari segi penampilan Khalil bukanlah sosok laki-laki yang diidam-idamkan oleh wanita. Dan setau Mely, Khalil hanya menangani event-event besar di Semarang, dan rata-rata kliennya adalah mereka yang sudah berumur dan sudah lama menjalani bisnis.
“Aku bisa menjelaskannya Mely, kumohon biar aku menjelaskannya dulu”, Khalil mendesak Mely,
“Tidak, aku tidak perlu penjelasamu Khalil, bagiku pemandangan tadi itu sudah sangat jelas,” Mely melepaskan cincin yang melingkar dijari manis kirinya, dan melemparkannya kearah Khalil…
“Mely, tunggu,” Khalil berlari mengejar Mely,,, “Mely, kumohon mari kita bicarakan ini sebentar, tenangkan dulu pikiranmu,” Khalil meraih tangan Mely,
“Lepaskan aku Khalil,” teriak Mely, menjauh pergi dari Khalil
“Mely, biar aku menjelaskannya”, Khalil meraih tangan Mely lagi, Mely berhenti, memandang Khalil dengan tatapan marah…
“Tidak ada yang perlu kau jelaskan Khalil”
“Ok, aku mengakui aku memang berselingkuh dibelakangmu, maafkan aku, ku mohon Mely, aku hanya mencintaimu,” Khalil menunduk…
Mely menghela nafas, “How dare you?”, Mely memukul dada Khalil dengan kedua tangannya,,,
“Kau Khalil, kau menghancurkan lima tahun hubungan kita hanya dengan satu malam, kau memaksa ku melepas cincin yang dua hari lalu kau lingkarkan di jari manis kiriku, setelah sebelumnya aku menolak cincin itu sebanyak lima kali, kau menghancurkan pertunangan kita yang kemarin baru saja dilaksanakan didepan kedua orang tua kita, kau keparat Khalil” Mely berbisik di telinga kanan Khalil, Mely pergi meninggalkan Khalil yang masih tertunduk lemas, Khalil terkejut mendengar perkataan Mely, ia tidak mampu mengatakan apa-apa lagi, Mely begitu murka, dan akan tambah murka apabila Khalil tidak membiarkan Mely pergi untuk menenangkan pikirannya terlebih dulu,,,,
Iya itu kejadian satu tahun lalu, yang membuat Mely menjadi lebih berhati-hati dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan masa depannya…
Mely, adalah seorang wanita yang memiliki penampilan menarik, tingginya 168 cm, ia mempunyai rambut panjang sebahu dan sedikit ikal, ia adalah wanita manis yang mudah bergaul dan beradaptasi dengan orang-orang baru di kehidupannya, mungkin itu adalah tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Mely bertemu dengan orang-orang baru, ia banyak menjalin koneksi dengan kliennya, maklum, pekerjaan Mely membuatnya harus pintar berkomunikasi dengan orang-orang baru.
Mely, bangun dari tempat tidurnya merapikan tempat tidurnya dan duduk di pinggiran tempat tidurnya, kepalanya terasa makin berat setelah ia mengingat kejadian pahit satu tahun lalu itu,,, ia memutuskan untuk membuat secangkir kopi mocha kesukaannya,, duduk dibalkon lantai dua kamar kosnya, kamar kos Mely bisa dibilang cukup nyaman dilantai dua setiap kamar memiliki balkon yang dibisa dijadikan tempat bersantai atau menjemur pakaian ada sebuah kursi bambu panjang dibalkon kamar kos Mely, ia memandangi matahari pagi Semarang, ingatannya memaksanya lagi kembali ke dua hari sebelum ia memergoki Khalil yang sedang bermesraan dengan seorang gadis SMA,,,
June, 07 2012, 19.35,,, didalam mobil Khalil…
“Kau terlihat begitu lelah, bagaimana dengan proyek barumu?” Khalil melirik Mely yang sedang duduk disampingnya
“Ya, aku lelah sekali, developer itu begitu rewel, aku harus merevisi design ku berkali-kali,” Mely memegangi kepalanya…
“Bukankah itu resiko yang harus kau jalani, ketika kau memilih untuk menjadi seorang arsitek Mely?” Khalil melambatkan laju mobilnya, jalanan Semarang malam  ini lumayan macet…
“Khalil, sudah lima tahun kita berpacaran, benarkan?” ucap Mely lembut,
“Benar, dan sudah lima kali pula kau menolak lamaran ku Mel,” Khalil tersenyum
“Apakah kau merasa kecewa padaku, karena aku selalu menolak lamaranmu, Khalil?”
“Munafik, kalau aku mengatakan aku tidak kecewa padamu Mel, tapi itu adalah resiko ku karena memacari seorang workah holic sepertimu”
“Maaf karena selalu menolakmu, maaf karena membuatmu kecewa, aku hanya butuh waktu untuk mempersiapkan diriku sendiri Khalil,”
“Kalau aku melamarmu lagi sekarang apa kau akan menerimanya Mel?”
“Mungkin,” jawab Mely singkat…
Khalil menepikan mobilnya, berhenti didepan sebuah taman, mengeluarkan sebuah benda kecil dari dalam saku kemejanya, Mely melihat benda itu, itu cincin yang sama dengan sebelumnya, Mely memandangi cincin yang sedang dipegang Khalil, cincin yang sudah ia tolak sebanyak lima kali…
“Melyka Arliana Herman, ini keenam kalinya aku bertanya padamu, dan ini keenam kalinya aku melamarmu, Melyka, tidak banyak kata yang ingin kuucapkan, hanya, Will You Marry Me Mely?” Khalil mengenggam tangan kiri Mely…
“Aku tidak ingin menolakmu lagi untuk yang keenam kaliya, so… I will Khalil”
Mely, memegangi kepalanya yang masih terasa pusing,, kenangan indah lima tahun bersama Khalil, dan enam kali lamaran Khalil, dan mimpi untuk hidup dimasa depan bersama Khalil, hancur dalam satu malam, dan yang paling menyakitkan adalah lima tahun itu dihancurkan sendiri oleh ulah Khalil. Mely ingat kenapa ia selalu menolak lamaran Khalil, ia takut jika setelah Khalil melamarnya secara pribadi Khalil akan langsung memutusakan untuk menikahi nya, Mely takut jika ia menikah terlalu muda, pernikahannya akan hancur seperti pernikahan sahabatnya Lydia, Lydia menikah di usia dua puluh satu tahun, saat ia menyelesaikan study nya ia langsung memutuskan menikah dengan kekasihnya yang aru ia pacari selama enam bulan, dua tahun kemudian pernikahannya hancur karena Erick mantan suaminya, sering terlibat affair dengan wanita-wanita dilingkungan bisnisnya, ketika Lydia mengetahui itu Lydia langsung mengguat cerai Erick, saat itu Lydia sudah memiliki Galang, putra semata wayangnya, yang kini berusia tiga tahun.
Mely ingat perkataan Lydia dimalam sebelum Khalil melamarnya…
Kantor Mely, 17.00
“Kau menolak lamaran Khalil lagi, mel?”
“Iya, aku menolaknya lagi, darimana kau tau itu?”
“Khalil yang meceritakannya padaku, kau masih belum mau menikah, usia mu sudah dua puluh empat tahun sekarang, itu usia matang seorang wanita untuk menikah,”
“Lydia, bisakah kita tidak membicarakan itu, aku akan menikah tapi tidak sekarang, tidak di usia dua puluh empat ku, masih banyak yang ingin kucapai sebelum aku memutuskan menikah,”
“Mely, kau tidak bisa terus menerus menolak lamaran Khalil, kau tidak memikirkan bagaimana harga dirinya akan hancur jika kau masih menolaknya terus, bagaimana jika Khalil jenuh akan penolakanmu, bagaimana kalu ia pergi kepelukan wanita lain, cepat atau lambat kau harus mengakhiri masa pacaranmu mel”
“Tidak Lydia, Khalil bukan laki-laki seoerti itu,”
“Apa kau takut jika menikah nanti pernikahanmu akan hancur sama seperti ku mel?”
“Honestly Lydia, ya aku takut jika mengalami hal yang sama sepertimu”
“Khalil, bukanlan laki-laki seperti itu Mel, dia baik, dan dia selalu berhati-hati dengan teman-teman wanitanya, jangan samakan Khalil dengan Erick, kau harus memikirkannya lebih jauh Mel, kalian sudah berpacaran selama lima tahun, itu sudah lebih dari cukup bagi mu untuk mengenal pribadi Khalil”
“Kau benar Lyd, aku tidak bisa terus-terusan menolak Khalil, itu hanya akan membuatnya jenuh”
Kini ketakutan Mely terbukti, Khalil memiliki affair dengan wanita lain, wanita yang jauh lebih muda dan cantik dari Mely, setidaknya Mely merasa lebih beruntung dari Lydia, ia beruntung karena ia mengetahui perselingkuhan Khalil, sebelum Mely menikah dengan Khalil, ia tidak harus mengakhiri sebuah ikatan suci pernikahan.
Mely masih dibalkon kamar kosnya, ia meminum habis kopi mocha kesukaannya, ia termenung mengingat kenangan buruk satu tahun lalu, mengingat kenangan buruk yang diberikan Khalil kepadanya. Kau tau satu kesalahan akan menutupi seribu kebaikkan, maka jika kau tidak ingin kebaikkanmu tertupi berusahalah untuk tidak melakukan kesalahan.
Handphone Mely bordering, ia masuk kedalam kamarnya lagi, mengambil handphone yang ia tinggalkan dimeja kerja kamar kosnya, “Lydia Keismanto”
“Hallo, onty Mely…” suara anak laki-laki kecil diseberang telepon, Mely hafal betul siapa pemilik suara ini..
“Hallo galang, ada apa telepon aunty?”
“onty, galang mau main ketempat onty sama momi,,”
“Oh, ok, aunty tunggu”
“Momi mau bicallla sama onty,”,
“Hallo Mel, ini aku Lydia”, suara Lydia diujung telepon
“Iya, ada apa Lyd? Mau ketempatku jam berapa?”
“Sejam lagi sampai, maaf mengganggu hari liburmu, Galang terus memaksaku untuk mengajaknya main ketempatmu”
“It’s ok Lyd, kau tau kan aku menganggap Galang sudah seperti adik ku sendiri”
“Baiklah sejam lagi aku sampai, bye..”
“Bye…”
Mely bergegas merapikan kamar kosnya yang sedikit berantakan, memasukkan baju-baju kotor yang tergeletak disofa kamarnya ke dalam keranjang tempat pakaian kotor, merapikan meja kerjanya yang penuh dengan kertas-kertas, merapikan dapur kecil dikosnya, menyapu seluruh  ruangan kecil kamar kosnya, dan bergegas mandi, Galang akan mengatakan “Your smells is not good onty” padanya kalau ia tidak segera mandi sebelum Lydia dan Galang datang.
Satu jam lebih sepuluh menit kemudian…
“Ontyyyyyyy….” Teriak seorang anak kecil
Mely membuka pintu kamar kosnya, “Hei, my little superhero Galang,” Mely memeluk Galang, “Wow… Galang ganteng sekali hari ini, ayo masuk” Mely menggandeng tangan Galang dan mengajak Galang duduk disofa kamar kosnya…
“Onty, galang punya mainan baru” Galang menunjukan mainannya yang berupa figure superhero kesukaannya, “Captain America”,
“Wow, captain america?, your favorite avengers?, siapa yang memberikan ini?” Mely memanggku Galang
“Daddi, tapi kata mommi Galang enggak bolleh telima mainan dari daddi”, kata Galang asyik dengan mainan barunya,
Mely melirik Lydia yang sedang sibuk membuat segelas green tea didapur kecil Mely, setelah perceraian Lydia dengan Erick, Lydia selalu mempersulit Erick  untuk bertemu Galang, Mely tau mungkin Lydia masih belum bisa memaafkan kesalahan Erick, tapi tetap saja apa yang Lydia lakukan adalah salah, walau hak asuh atas Galang jatuh ketangan Lydia, Erick bagaimanapun adalah Ayah biologis Galang, dan Erick punya hak untuk ikut andil dalam merawat dan membesarkan Galang, termasuk bertemu dan memberikan hadiah untuk Galang dan tidak seharusnya juga Lydia melarang Galang untuk menerima hadiah dari Daddy nya, Galang belum cukup umur utuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan Mommy nya dan juga Daddy nya. “Galang, onty harus bantu mommy Galang didapur, Galang mau nonton TV?, ini jam nya Ogy And The Coakroaches, you want???” Mely menghidupkan TV,
“Yes, I want onty”, teriak Galang antusias,
“Ok, nonton disini ya, aunty harus bantu mommy nya Galang dulu” Mely meninggalkan Galang yang mulai asyik dengan acara TV favoritnya, menghampiri Lydia yang sedang duduk di balkon kamar kos Mely. Mely duduk disamping Lydia,
“Lydia, ketika kau bercerai dengan Erick, kau bisa untuk tidak berkomunikasi lagi dengan dia, menjaga jarak dengan dia, menjauh dari kehidupannya, atau apapun itu, tapi satu hal yang tidak bisa kau lakukan, menjauhkan Galang dari Ayah kandungnya sendiri, itu hanya akan menjadi beban psikologis bagi Galang ketika ia dewasa nanti, kau mengerti?”
“Aku mengerti Mel, aku sedang berusaha untuk itu, aku hanya butuh proses untuk menghilangkan rasa benciku terhadap Erick”
“Apa kau belum bisa memaafkan Erick?, apakah kau belum bisa melupakan kejadian dua tahun lalu?”
“Lalu bagaimana dengan mu? Apa kau sudah bisa memaafkan Khalil?, kasusku berbeda dengan kasus mu Mel, kau hanya kehilangan Khalil sebagai tunanganmu, kau hanya menghancurkan sebuah pertunangan, tapi aku Mel, aku kehilangan Erick sebagai suami, aku menghancurkan sebuah pernikahan, aku menghancurkannya Melyka,kau tau itu?”
Mely terdiam, ya, sampai sekarang memang Mely masih belum bisa memaafkan kesalahan Khalil, mungkin malah ia tidak akan pernah bisa memaafkan Khalil, Mely saja masih belum bisa memaafkan Khalil, bagaimana dengan Lydia, tentu ia lebih berat untuk memaafkan seseorang yang telah menghancurkan sebuah ikatan suci pernikahan. Ingatan Mely mengajaknya mengingat kejadian seminggu setelah Mely mengetahui perselingkuhan Khalil, ia mengingat kejadian di sore hari, disaat Khalil menunggunya diparkiran mobil kantornya.
June, 16, 2012, 17.15 pm…
Mely, keluar dari kantornya, berjalan menuju parkiran mobil kantor, ia melihat Khalil yang sedang berdiri didepan pintu mobil Kia Picanto berwarna merah milik Mely…
“Meyingkir dari depan pintu mobilku”, ucap Mely sinis,
“Mel, ada yang ingin kubicarakan, aku ingin meminta maaf atas kesalahanku”,
“Maaf, kau mengenalku sudah lima tahun bukan, dan kau juga tau bahwa tidak mudah bagi memaafkan seseorang yang sudah melukaiku, apalagi memaafkan orang yang telah mengkhianati rasa cinta ku, kau tau itu kan Khalil”
“Aku tau Mel, tapi sekarang aku sadar, dan aku berjanji tidak akan mengulang kesalahanku lagi, sungguh Mely maafkan aku, kita bisa memulainya lagi dari awal”
“Memulai lagi?? Apa yang sebenarnya ada dalam benakmu Khalil, kau menghadirkan wanita lain diantara kita, dan  kau memintaku untuk memaafkan mu karena ulahmu itu, kau yang memilih ini semua terjadi Khalil, jika kau memang mencintaiku, seharusnya kau tau harga apa yang harus kau bayar ketika mengkhianatiku, aku tau mungkin aku ikut andil dalam perselingkuhannmu, mungkinkau jenuh akan penolakan-penolakan ku, tapi apakah kau sepicik itu Khalil??, kurasa tidak, benarkan?”
“Tidak Mely, itu murni kesalahan ku, wanita itu adalah adik dari teman kerjaku, temanku mengenalkanku pada wanita itu, dan entah setan apa yang merasukiku saat itu, aku langsung saja tergoda dengan wanita itu, aku melakukan itu karena semata-mata hanya untuk kesenanganku Mel, itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kau yang selalu menolak lamaran ku, aku akui itu Mel, aku mohon maafkan aku?”
Mely menelan ludah, ia akan lebih rela jika Khalil melakukan itu karena Mely  terus menerus menolak lamaran Khalil, mungkin jika penolakan Mely adalah alasan mengapa Khalil selingkuh, akan lebih mudah bagi Mely memaafkan Khalil, tapi kenyataanya semua itu adalah kemauan Khalil sendiri.
“Kau tau Khalil, mungkin jika aku adalah alasan mengapa kau berselingkuh, akan lebih mudah bagiku untuk menerima dan memaafkanmu, tapi, yang terjadi adalah, itu semua kau lakukan karena iman mu yang kurang kuat, itu membuat rasa kagumku padamu selama lima tahun menjadi hilang tak tersisa, kau tau Khalil, aku punya dua pilihan untukmu, pilihan pertama, aku memaafkanmu dan menerimamu kembali, melanjutkan pertunangan kita dan menikah denganmu dengan ketakutanku akan kau yang mungkin saja akan mengulangi lagi kesalahanmu di masa lalu, dan kedua, aku tidak akan pernah memaafkanmu, tapi aku akan melupakan kesalahanmu dengan cara tidak melanjutkan pertunangan kita, aku tidak akan mendendam padamu, dan aku tidak harus hidup dalam rasa takut,”
Mely, mendekatkan wajahnya pada Khalil, berbisik ditelinga kiri Khalil,
“Dan yang kupilih adalah pilihan kedua, aku tidak akan memaafkanmu, tidak akan pernah… dan, menyingkirlah dari depan pintu mobilku”
Mely kembali berdiri tegak, memandang Khalil yang terdiam, wajah Khalil telihat begitu shock dengan ucapan Mely tadi, Khalil memilih untuk pergi meninggalkan Mely tanpa sepatah kata apapun,,,
“Aku tau kau mengajarkan hambamu untuk selalu memaafkan Tuhan, tapi aku tidaklah semprna sepertiMu, hatiku terlalu sakit untuk itu,” Mely berkata dalam hati,
Ya, sama seperti Lydia yang belum bisa memaafkan kesalahan Erick, Mely juga belum bisa memaafkan kesalahan Khalil,,,,
“Hei, kau melamunkan apa Mel”
Lydia menyenggol pundak Mely membuat Mely tersadar dari lamunannya…
“Lalu, apa kau tidak berencana mencari pengganti Khalil, Mel?”
“Bagaimana denganmu, kau sudah menjadi single parents selama dua tahun, apa kau tidak ingin menikah lagi?” Mely balik bertanya…
“Mungkin, aku akan menjalani sebuah hubungan tanpa komitmen, pergi dengan siapapun yang kau mau tanpa terikat dengan sebuah hubungan,hanya untuk sekedar kesenangan saja” ucap Lydia, Mely terkejut dibuatnya…
“Lydia, kau sudah gila, hu?, kau tidak bisa melakukan hal macam itu dinegara kita yang kita menganut adat dan aturan ketimuran”
“I know Melyka, apa kau pikir aku segila itu? Aku punya Galang yang harus kujaga perasaannya, bagaimana jika Galang tau kalau mommynya berganti-ganti teman laki-laki terus menerus, dan andai saja kita tidak terbentur adat dan aturan ketimuran, perceraian mungkin akan lebih berkurang, kau bisa punya anak tanpa harus menikah, menghancurkan hubunganmu tanpa harus bercerai, dan tidak harus tersakiti karena sebuah komitmen pernikahan,,, kau tidak harus menghancurkan sebuah ikatan suci jika kau ingin pergi dari pasanganmu, kau bisa bebas memiliki affair karena kau tidak terikat apapun dengan pasanganmu, benarkan?”
“Memang ada benarnya juga perkataanmu tadi, tapi hal seperti itu hanya akan membuatmu lelah dan jenuh, I mean…. Suatu saat pasti kau mempunyai keinginan untuk menjalin komitmen, bertahan hanya pada satu orang, dan terikat dengan satu orang melalui sebuah komitmen, dan juga menjalin hubungan seperti itu hanya akan akan membuat harga dirimu sebagai wanita hilang, wanita haruslah hidup dalam kepastiaan, menjadi prioritas, bukan hanya sebagai media bersenang-bersenang lalu pergi ketika sudah tidak menyenangkan, wanita harus menjaga harga dirinya melalui ikatan pernikahan karena itu akan membuat laki-laki nya hanya memandang kepadanya dan berpikir seribu kali untuk menjalin hubungan dengan wanita lain, kerena ada sebuah iktan suci yang disucikan oleh agama yang harus mereka jaga, itu akan membuat laki-laki bertanggung jawab bukan hanya kepada wanitanya saja tapi juga pada agama dan Tuhannya”
“Kau benar Mel, itu hanya akan membuat harga diri kita hancur, itu hanya akan membuat kedudukan kita menjadi rendah dimata Tuhan,”
“Lalu, apa kau masih mau menjalin hubungan seperti itu?”
“Tidak Mel, aku tidak segila itu, aku hanya akan menikmati status ku sebagai single parents, dan menunggu orang yang tepat yang Tuhan jodohkan kepada ku, kau sendiri?”
“Aku juga hanya akan menikmati status jombloku, tidak ada yang salah dengan status jomblo dan single parents bukan?, kita masih bisa bernafas kan?”
“Yang salah adalah ketika kita mengakhiri status single kita dengan menerima orang yang salah untuk masuk dan terlibat dalam hidup kita” jawab Lydia
“Dan juga, menjalin hubungan tanpa komitmen yang akan membuat kita sebagai wanita tidak memiliki harga diri” imbuh Mely
                                                                                      -THE END-











Tidak ada komentar:

Posting Komentar