Pilihan
Melyka
_Memaafkan tapi menerima atau
Tidak memaafkan tapi melupakan_
08.00
Mely,
baru terbangun, ia hanya tidur selama empat jam… ia harus meyelesaikan proyek
barunya, proyek yang membuatnya harus rela mengurangi waktu tidurnya yang
awalnya enam jam, menjadi empat jam dalam sehari, Mely adalah seorang arsitek
disebuah perusahaan kontraktor milik perorangan di Semarang, ia harus membuat
rancangan design sesuai keinginan developer, dan hal-hal lain yang membuatnya
sakit kepala.
Melyka
Arliana Herman, menatap langit-langit kamar kosnya, ia mencoba mengingat
tanggal berapa hari ini, karena kepalanya terasa sangat berat akhirnya ia
mengambil handphonenya, melihat tanggalan melalui handphone miliknya,
Sunday,
June, 09, 2013…
Ingatannya
memaksa Mely kembali pada tanggal yang sama satu tahun lalu, dimana mantan
kekasihnya Khalil, mengkhianatinya, mengkhianati hubungan yang mereka jalin
selama lima tahun…
Saturday,
June, 09, 2012… satu tahun lalu
20.45..
Mely
berada didalam sebuah kafe disalah satu mall di Semarang, ia mendatangi kafe
tersebut, karena ia baru saja mendapat kabar dari temannya yang bekerja satu
tempat dengannya, bahwa temannya itu melihat Khalil, sedang bersama seorang
wanita muda yang memiliki selisih usia sepuluh tahun dengan Khalil, usia Khalil
saat itu dua puluh tujuh tahun, dan Mely dua puluh empat tahun…. Dan benar,
Mely, mendapati Khalil tengah duduk di sudut kafe sedang berbincang mesra
dengan wanita muda itu, mari kita sebut dia dengan nama Windy. Windy bersender
mesra dipundak kiri Khalil, dan tangan kiri Khalil melingkar sempurna di pundak
Windy.
“Khalil”…
Mely berdiri tepat disamping Khalil,
Khalil
menoleh, “Melyka…” Khalil terkejut ia langsung melepaskan tangannya dari pundak
Windy…
“Ini yang
kau bilang meeting dengan klienmu”, mata Mely memerah, “Aku baru tau bahwa kau
memiliki klien seorang anak SMA,” Mely melirik Windy yang sama terkejutnya
dengan Khalil, “Project apa, hu?, project pentas seni SMA atau apa?” imbuh
Mely,,,
Khalil
adalah seorang Event Organizer, dia sudah enam tahum mengurus EO miliknya
sendiri, Khalil memiliki penampilan yang bisa dibilang biasa-biasa saja, namun
ia begitu manis, jika Khalil tersenyum, maka lesung pipinya akan terlihat,
tinggi Khalil 175 cm, Khalil senang memakai celana jeans pendek, dan kaos
oblong, rambut Khalil sedikt gondrong, dilihat dari segi penampilan Khalil
bukanlah sosok laki-laki yang diidam-idamkan oleh wanita. Dan setau Mely,
Khalil hanya menangani event-event besar di Semarang, dan rata-rata kliennya
adalah mereka yang sudah berumur dan sudah lama menjalani bisnis.
“Aku bisa
menjelaskannya Mely, kumohon biar aku menjelaskannya dulu”, Khalil mendesak
Mely,
“Tidak,
aku tidak perlu penjelasamu Khalil, bagiku pemandangan tadi itu sudah sangat
jelas,” Mely melepaskan cincin yang melingkar dijari manis kirinya, dan
melemparkannya kearah Khalil…
“Mely,
tunggu,” Khalil berlari mengejar Mely,,, “Mely, kumohon mari kita bicarakan ini
sebentar, tenangkan dulu pikiranmu,” Khalil meraih tangan Mely,
“Lepaskan
aku Khalil,” teriak Mely, menjauh pergi dari Khalil
“Mely,
biar aku menjelaskannya”, Khalil meraih tangan Mely lagi, Mely berhenti,
memandang Khalil dengan tatapan marah…
“Tidak
ada yang perlu kau jelaskan Khalil”
“Ok, aku
mengakui aku memang berselingkuh dibelakangmu, maafkan aku, ku mohon Mely, aku
hanya mencintaimu,” Khalil menunduk…
Mely
menghela nafas, “How dare you?”, Mely memukul dada Khalil dengan kedua
tangannya,,,
“Kau
Khalil, kau menghancurkan lima tahun hubungan kita hanya dengan satu malam, kau
memaksa ku melepas cincin yang dua hari lalu kau lingkarkan di jari manis
kiriku, setelah sebelumnya aku menolak cincin itu sebanyak lima kali, kau
menghancurkan pertunangan kita yang kemarin baru saja dilaksanakan didepan
kedua orang tua kita, kau keparat Khalil” Mely berbisik di telinga kanan
Khalil, Mely pergi meninggalkan Khalil yang masih tertunduk lemas, Khalil
terkejut mendengar perkataan Mely, ia tidak mampu mengatakan apa-apa lagi, Mely
begitu murka, dan akan tambah murka apabila Khalil tidak membiarkan Mely pergi
untuk menenangkan pikirannya terlebih dulu,,,,
Iya itu
kejadian satu tahun lalu, yang membuat Mely menjadi lebih berhati-hati dalam
membuat keputusan yang berhubungan dengan masa depannya…
Mely,
adalah seorang wanita yang memiliki penampilan menarik, tingginya 168 cm, ia
mempunyai rambut panjang sebahu dan sedikit ikal, ia adalah wanita manis yang
mudah bergaul dan beradaptasi dengan orang-orang baru di kehidupannya, mungkin
itu adalah tuntutan pekerjaan yang mengharuskan Mely bertemu dengan orang-orang
baru, ia banyak menjalin koneksi dengan kliennya, maklum, pekerjaan Mely
membuatnya harus pintar berkomunikasi dengan orang-orang baru.
Mely, bangun
dari tempat tidurnya merapikan tempat tidurnya dan duduk di pinggiran tempat
tidurnya, kepalanya terasa makin berat setelah ia mengingat kejadian pahit satu
tahun lalu itu,,, ia memutuskan untuk membuat secangkir kopi mocha
kesukaannya,, duduk dibalkon lantai dua kamar kosnya, kamar kos Mely bisa
dibilang cukup nyaman dilantai dua setiap kamar memiliki balkon yang dibisa
dijadikan tempat bersantai atau menjemur pakaian ada sebuah kursi bambu panjang
dibalkon kamar kos Mely, ia memandangi matahari pagi Semarang, ingatannya
memaksanya lagi kembali ke dua hari sebelum ia memergoki Khalil yang sedang
bermesraan dengan seorang gadis SMA,,,
June, 07
2012, 19.35,,, didalam mobil Khalil…
“Kau
terlihat begitu lelah, bagaimana dengan proyek barumu?” Khalil melirik Mely
yang sedang duduk disampingnya
“Ya, aku
lelah sekali, developer itu begitu rewel, aku harus merevisi design ku
berkali-kali,” Mely memegangi kepalanya…
“Bukankah
itu resiko yang harus kau jalani, ketika kau memilih untuk menjadi seorang
arsitek Mely?” Khalil melambatkan laju mobilnya, jalanan Semarang malam ini lumayan macet…
“Khalil,
sudah lima tahun kita berpacaran, benarkan?” ucap Mely lembut,
“Benar,
dan sudah lima kali pula kau menolak lamaran ku Mel,” Khalil tersenyum
“Apakah
kau merasa kecewa padaku, karena aku selalu menolak lamaranmu, Khalil?”
“Munafik,
kalau aku mengatakan aku tidak kecewa padamu Mel, tapi itu adalah resiko ku
karena memacari seorang workah holic sepertimu”
“Maaf
karena selalu menolakmu, maaf karena membuatmu kecewa, aku hanya butuh waktu
untuk mempersiapkan diriku sendiri Khalil,”
“Kalau
aku melamarmu lagi sekarang apa kau akan menerimanya Mel?”
“Mungkin,”
jawab Mely singkat…
Khalil
menepikan mobilnya, berhenti didepan sebuah taman, mengeluarkan sebuah benda
kecil dari dalam saku kemejanya, Mely melihat benda itu, itu cincin yang sama
dengan sebelumnya, Mely memandangi cincin yang sedang dipegang Khalil, cincin
yang sudah ia tolak sebanyak lima kali…
“Melyka
Arliana Herman, ini keenam kalinya aku bertanya padamu, dan ini keenam kalinya
aku melamarmu, Melyka, tidak banyak kata yang ingin kuucapkan, hanya, Will You
Marry Me Mely?” Khalil mengenggam tangan kiri Mely…
“Aku
tidak ingin menolakmu lagi untuk yang keenam kaliya, so… I will Khalil”
Mely,
memegangi kepalanya yang masih terasa pusing,, kenangan indah lima tahun
bersama Khalil, dan enam kali lamaran Khalil, dan mimpi untuk hidup dimasa
depan bersama Khalil, hancur dalam satu malam, dan yang paling menyakitkan
adalah lima tahun itu dihancurkan sendiri oleh ulah Khalil. Mely ingat kenapa
ia selalu menolak lamaran Khalil, ia takut jika setelah Khalil melamarnya
secara pribadi Khalil akan langsung memutusakan untuk menikahi nya, Mely takut
jika ia menikah terlalu muda, pernikahannya akan hancur seperti pernikahan
sahabatnya Lydia, Lydia menikah di usia dua puluh satu tahun, saat ia
menyelesaikan study nya ia langsung memutuskan menikah dengan kekasihnya yang
aru ia pacari selama enam bulan, dua tahun kemudian pernikahannya hancur karena
Erick mantan suaminya, sering terlibat affair dengan wanita-wanita dilingkungan
bisnisnya, ketika Lydia mengetahui itu Lydia langsung mengguat cerai Erick,
saat itu Lydia sudah memiliki Galang, putra semata wayangnya, yang kini berusia
tiga tahun.
Mely
ingat perkataan Lydia dimalam sebelum Khalil melamarnya…
Kantor
Mely, 17.00
“Kau
menolak lamaran Khalil lagi, mel?”
“Iya, aku
menolaknya lagi, darimana kau tau itu?”
“Khalil
yang meceritakannya padaku, kau masih belum mau menikah, usia mu sudah dua
puluh empat tahun sekarang, itu usia matang seorang wanita untuk menikah,”
“Lydia,
bisakah kita tidak membicarakan itu, aku akan menikah tapi tidak sekarang,
tidak di usia dua puluh empat ku, masih banyak yang ingin kucapai sebelum aku
memutuskan menikah,”
“Mely,
kau tidak bisa terus menerus menolak lamaran Khalil, kau tidak memikirkan
bagaimana harga dirinya akan hancur jika kau masih menolaknya terus, bagaimana
jika Khalil jenuh akan penolakanmu, bagaimana kalu ia pergi kepelukan wanita
lain, cepat atau lambat kau harus mengakhiri masa pacaranmu mel”
“Tidak
Lydia, Khalil bukan laki-laki seoerti itu,”
“Apa kau
takut jika menikah nanti pernikahanmu akan hancur sama seperti ku mel?”
“Honestly
Lydia, ya aku takut jika mengalami hal yang sama sepertimu”
“Khalil,
bukanlan laki-laki seperti itu Mel, dia baik, dan dia selalu berhati-hati
dengan teman-teman wanitanya, jangan samakan Khalil dengan Erick, kau harus
memikirkannya lebih jauh Mel, kalian sudah berpacaran selama lima tahun, itu
sudah lebih dari cukup bagi mu untuk mengenal pribadi Khalil”
“Kau
benar Lyd, aku tidak bisa terus-terusan menolak Khalil, itu hanya akan
membuatnya jenuh”
Kini
ketakutan Mely terbukti, Khalil memiliki affair dengan wanita lain, wanita yang
jauh lebih muda dan cantik dari Mely, setidaknya Mely merasa lebih beruntung
dari Lydia, ia beruntung karena ia mengetahui perselingkuhan Khalil, sebelum
Mely menikah dengan Khalil, ia tidak harus mengakhiri sebuah ikatan suci
pernikahan.
Mely
masih dibalkon kamar kosnya, ia meminum habis kopi mocha kesukaannya, ia
termenung mengingat kenangan buruk satu tahun lalu, mengingat kenangan buruk
yang diberikan Khalil kepadanya. Kau tau satu kesalahan akan menutupi seribu
kebaikkan, maka jika kau tidak ingin kebaikkanmu tertupi berusahalah untuk
tidak melakukan kesalahan.
Handphone
Mely bordering, ia masuk kedalam kamarnya lagi, mengambil handphone yang ia
tinggalkan dimeja kerja kamar kosnya, “Lydia Keismanto”
“Hallo,
onty Mely…” suara anak laki-laki kecil diseberang telepon, Mely hafal betul
siapa pemilik suara ini..
“Hallo
galang, ada apa telepon aunty?”
“onty,
galang mau main ketempat onty sama momi,,”
“Oh, ok,
aunty tunggu”
“Momi mau
bicallla sama onty,”,
“Hallo
Mel, ini aku Lydia”, suara Lydia diujung telepon
“Iya, ada
apa Lyd? Mau ketempatku jam berapa?”
“Sejam
lagi sampai, maaf mengganggu hari liburmu, Galang terus memaksaku untuk
mengajaknya main ketempatmu”
“It’s ok
Lyd, kau tau kan aku menganggap Galang sudah seperti adik ku sendiri”
“Baiklah
sejam lagi aku sampai, bye..”
“Bye…”
Mely
bergegas merapikan kamar kosnya yang sedikit berantakan, memasukkan baju-baju
kotor yang tergeletak disofa kamarnya ke dalam keranjang tempat pakaian kotor,
merapikan meja kerjanya yang penuh dengan kertas-kertas, merapikan dapur kecil
dikosnya, menyapu seluruh ruangan kecil
kamar kosnya, dan bergegas mandi, Galang akan mengatakan “Your smells is not
good onty” padanya kalau ia tidak segera mandi sebelum Lydia dan Galang datang.
Satu jam
lebih sepuluh menit kemudian…
“Ontyyyyyyy….”
Teriak seorang anak kecil
Mely
membuka pintu kamar kosnya, “Hei, my little superhero Galang,” Mely memeluk
Galang, “Wow… Galang ganteng sekali hari ini, ayo masuk” Mely menggandeng
tangan Galang dan mengajak Galang duduk disofa kamar kosnya…
“Onty,
galang punya mainan baru” Galang menunjukan mainannya yang berupa figure superhero
kesukaannya, “Captain America”,
“Wow,
captain america?, your favorite avengers?, siapa yang memberikan ini?” Mely
memanggku Galang
“Daddi,
tapi kata mommi Galang enggak bolleh telima mainan dari daddi”, kata Galang
asyik dengan mainan barunya,
Mely
melirik Lydia yang sedang sibuk membuat segelas green tea didapur kecil Mely,
setelah perceraian Lydia dengan Erick, Lydia selalu mempersulit Erick untuk bertemu Galang, Mely tau mungkin Lydia
masih belum bisa memaafkan kesalahan Erick, tapi tetap saja apa yang Lydia
lakukan adalah salah, walau hak asuh atas Galang jatuh ketangan Lydia, Erick
bagaimanapun adalah Ayah biologis Galang, dan Erick punya hak untuk ikut andil
dalam merawat dan membesarkan Galang, termasuk bertemu dan memberikan hadiah
untuk Galang dan tidak seharusnya juga Lydia melarang Galang untuk menerima
hadiah dari Daddy nya, Galang belum cukup umur utuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dengan Mommy nya dan juga Daddy nya. “Galang, onty harus
bantu mommy Galang didapur, Galang mau nonton TV?, ini jam nya Ogy And The
Coakroaches, you want???” Mely menghidupkan TV,
“Yes, I want
onty”, teriak Galang antusias,
“Ok,
nonton disini ya, aunty harus bantu mommy nya Galang dulu” Mely meninggalkan
Galang yang mulai asyik dengan acara TV favoritnya, menghampiri Lydia yang
sedang duduk di balkon kamar kos Mely. Mely duduk disamping Lydia,
“Lydia,
ketika kau bercerai dengan Erick, kau bisa untuk tidak berkomunikasi lagi dengan
dia, menjaga jarak dengan dia, menjauh dari kehidupannya, atau apapun itu, tapi
satu hal yang tidak bisa kau lakukan, menjauhkan Galang dari Ayah kandungnya
sendiri, itu hanya akan menjadi beban psikologis bagi Galang ketika ia dewasa
nanti, kau mengerti?”
“Aku
mengerti Mel, aku sedang berusaha untuk itu, aku hanya butuh proses untuk
menghilangkan rasa benciku terhadap Erick”
“Apa kau
belum bisa memaafkan Erick?, apakah kau belum bisa melupakan kejadian dua tahun
lalu?”
“Lalu
bagaimana dengan mu? Apa kau sudah bisa memaafkan Khalil?, kasusku berbeda
dengan kasus mu Mel, kau hanya kehilangan Khalil sebagai tunanganmu, kau hanya
menghancurkan sebuah pertunangan, tapi aku Mel, aku kehilangan Erick sebagai
suami, aku menghancurkan sebuah pernikahan, aku menghancurkannya Melyka,kau tau
itu?”
Mely
terdiam, ya, sampai sekarang memang Mely masih belum bisa memaafkan kesalahan
Khalil, mungkin malah ia tidak akan pernah bisa memaafkan Khalil, Mely saja
masih belum bisa memaafkan Khalil, bagaimana dengan Lydia, tentu ia lebih berat
untuk memaafkan seseorang yang telah menghancurkan sebuah ikatan suci
pernikahan. Ingatan Mely mengajaknya mengingat kejadian seminggu setelah Mely
mengetahui perselingkuhan Khalil, ia mengingat kejadian di sore hari, disaat
Khalil menunggunya diparkiran mobil kantornya.
June, 16,
2012, 17.15 pm…
Mely,
keluar dari kantornya, berjalan menuju parkiran mobil kantor, ia melihat Khalil
yang sedang berdiri didepan pintu mobil Kia Picanto berwarna merah milik Mely…
“Meyingkir
dari depan pintu mobilku”, ucap Mely sinis,
“Mel, ada
yang ingin kubicarakan, aku ingin meminta maaf atas kesalahanku”,
“Maaf,
kau mengenalku sudah lima tahun bukan, dan kau juga tau bahwa tidak mudah bagi
memaafkan seseorang yang sudah melukaiku, apalagi memaafkan orang yang telah
mengkhianati rasa cinta ku, kau tau itu kan Khalil”
“Aku tau
Mel, tapi sekarang aku sadar, dan aku berjanji tidak akan mengulang kesalahanku
lagi, sungguh Mely maafkan aku, kita bisa memulainya lagi dari awal”
“Memulai
lagi?? Apa yang sebenarnya ada dalam benakmu Khalil, kau menghadirkan wanita
lain diantara kita, dan kau memintaku
untuk memaafkan mu karena ulahmu itu, kau yang memilih ini semua terjadi
Khalil, jika kau memang mencintaiku, seharusnya kau tau harga apa yang harus
kau bayar ketika mengkhianatiku, aku tau mungkin aku ikut andil dalam
perselingkuhannmu, mungkinkau jenuh akan penolakan-penolakan ku, tapi apakah
kau sepicik itu Khalil??, kurasa tidak, benarkan?”
“Tidak
Mely, itu murni kesalahan ku, wanita itu adalah adik dari teman kerjaku,
temanku mengenalkanku pada wanita itu, dan entah setan apa yang merasukiku saat
itu, aku langsung saja tergoda dengan wanita itu, aku melakukan itu karena
semata-mata hanya untuk kesenanganku Mel, itu sama sekali tidak ada sangkut
pautnya dengan kau yang selalu menolak lamaran ku, aku akui itu Mel, aku mohon
maafkan aku?”
Mely
menelan ludah, ia akan lebih rela jika Khalil melakukan itu karena Mely terus menerus menolak lamaran Khalil, mungkin
jika penolakan Mely adalah alasan mengapa Khalil selingkuh, akan lebih mudah
bagi Mely memaafkan Khalil, tapi kenyataanya semua itu adalah kemauan Khalil
sendiri.
“Kau tau
Khalil, mungkin jika aku adalah alasan mengapa kau berselingkuh, akan lebih
mudah bagiku untuk menerima dan memaafkanmu, tapi, yang terjadi adalah, itu
semua kau lakukan karena iman mu yang kurang kuat, itu membuat rasa kagumku
padamu selama lima tahun menjadi hilang tak tersisa, kau tau Khalil, aku punya dua
pilihan untukmu, pilihan pertama, aku memaafkanmu dan menerimamu kembali,
melanjutkan pertunangan kita dan menikah denganmu dengan ketakutanku akan kau
yang mungkin saja akan mengulangi lagi kesalahanmu di masa lalu, dan kedua, aku
tidak akan pernah memaafkanmu, tapi aku akan melupakan kesalahanmu dengan cara
tidak melanjutkan pertunangan kita, aku tidak akan mendendam padamu, dan aku
tidak harus hidup dalam rasa takut,”
Mely,
mendekatkan wajahnya pada Khalil, berbisik ditelinga kiri Khalil,
“Dan yang
kupilih adalah pilihan kedua, aku tidak akan memaafkanmu, tidak akan pernah…
dan, menyingkirlah dari depan pintu mobilku”
Mely
kembali berdiri tegak, memandang Khalil yang terdiam, wajah Khalil telihat
begitu shock dengan ucapan Mely tadi, Khalil memilih untuk pergi meninggalkan
Mely tanpa sepatah kata apapun,,,
“Aku tau
kau mengajarkan hambamu untuk selalu memaafkan Tuhan, tapi aku tidaklah semprna
sepertiMu, hatiku terlalu sakit untuk itu,” Mely berkata dalam hati,
Ya, sama
seperti Lydia yang belum bisa memaafkan kesalahan Erick, Mely juga belum bisa
memaafkan kesalahan Khalil,,,,
“Hei, kau
melamunkan apa Mel”
Lydia
menyenggol pundak Mely membuat Mely tersadar dari lamunannya…
“Lalu,
apa kau tidak berencana mencari pengganti Khalil, Mel?”
“Bagaimana
denganmu, kau sudah menjadi single parents selama dua tahun, apa kau tidak
ingin menikah lagi?” Mely balik bertanya…
“Mungkin,
aku akan menjalani sebuah hubungan tanpa komitmen, pergi dengan siapapun yang
kau mau tanpa terikat dengan sebuah hubungan,hanya untuk sekedar kesenangan
saja” ucap Lydia, Mely terkejut dibuatnya…
“Lydia,
kau sudah gila, hu?, kau tidak bisa melakukan hal macam itu dinegara kita yang
kita menganut adat dan aturan ketimuran”
“I know
Melyka, apa kau pikir aku segila itu? Aku punya Galang yang harus kujaga
perasaannya, bagaimana jika Galang tau kalau mommynya berganti-ganti teman
laki-laki terus menerus, dan andai saja kita tidak terbentur adat dan aturan
ketimuran, perceraian mungkin akan lebih berkurang, kau bisa punya anak tanpa
harus menikah, menghancurkan hubunganmu tanpa harus bercerai, dan tidak harus
tersakiti karena sebuah komitmen pernikahan,,, kau tidak harus menghancurkan
sebuah ikatan suci jika kau ingin pergi dari pasanganmu, kau bisa bebas memiliki
affair karena kau tidak terikat apapun dengan pasanganmu, benarkan?”
“Memang
ada benarnya juga perkataanmu tadi, tapi hal seperti itu hanya akan membuatmu
lelah dan jenuh, I mean…. Suatu saat pasti kau mempunyai keinginan untuk
menjalin komitmen, bertahan hanya pada satu orang, dan terikat dengan satu
orang melalui sebuah komitmen, dan juga menjalin hubungan seperti itu hanya
akan akan membuat harga dirimu sebagai wanita hilang, wanita haruslah hidup
dalam kepastiaan, menjadi prioritas, bukan hanya sebagai media
bersenang-bersenang lalu pergi ketika sudah tidak menyenangkan, wanita harus
menjaga harga dirinya melalui ikatan pernikahan karena itu akan membuat
laki-laki nya hanya memandang kepadanya dan berpikir seribu kali untuk menjalin
hubungan dengan wanita lain, kerena ada sebuah iktan suci yang disucikan oleh
agama yang harus mereka jaga, itu akan membuat laki-laki bertanggung jawab
bukan hanya kepada wanitanya saja tapi juga pada agama dan Tuhannya”
“Kau
benar Mel, itu hanya akan membuat harga diri kita hancur, itu hanya akan
membuat kedudukan kita menjadi rendah dimata Tuhan,”
“Lalu,
apa kau masih mau menjalin hubungan seperti itu?”
“Tidak
Mel, aku tidak segila itu, aku hanya akan menikmati status ku sebagai single
parents, dan menunggu orang yang tepat yang Tuhan jodohkan kepada ku, kau
sendiri?”
“Aku juga
hanya akan menikmati status jombloku, tidak ada yang salah dengan status jomblo
dan single parents bukan?, kita masih bisa bernafas kan?”
“Yang
salah adalah ketika kita mengakhiri status single kita dengan menerima orang
yang salah untuk masuk dan terlibat dalam hidup kita” jawab Lydia
“Dan
juga, menjalin hubungan tanpa komitmen yang akan membuat kita sebagai wanita
tidak memiliki harga diri” imbuh Mely
-THE
END-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar