Sabtu, 14 Juni 2014

Seribu Semesta Arlet, Part 4

Bagian. 4
Awal Dari Sebuah Akhir Cerita
20.00…
Masih di Coffe Break….
“Kamu, masih kuliah?”, Tanya Bani membangunkan  Arlet dari lamunannya, “Masih, kenapa?”, jawab Arlet sinis, “Kuliah dimana, semester berapa?” tanya Bani lagi, “Di Semarang, semester tujuh,” jawab Arlet masih dengan nada sinis, “Udah nulis skripsi dong ya, ambil jurusan apa?” tanya Bani lagi, “Ambil PGSD, ngapain sih tanya-tanya terus, penting ya?” bentak Arlet, “Enggak apa-apa, Cuma nanya doang kok, enggak boleh?”, tanya Bani,,, “Enggak,” jawab Arlet singkat, “Oiya, skripsi nya Kualitatif atau Kuantitatif?” kata Bani, “Kualitatif,” jawab Arlet, “Kebetulan, dulu aku juga ambil Kualitatif, aku bisa bantu kamu, kalau kamu mau, aku masih sedikit ingat sih tentang pendekatan itu,” kata Bani antusias. Arlet diam berpikir sejenak, dia memang sedang butuh pembimbing yang bisa ia tanyai kapan saja, “Beneran mau bantu,?” tanya Arlet dengan nada sedikit lembut, “Iya beneran, bukankah sesama umat manusia kita harus saling membantu, benar begitu kan Ibu guru Arlet, uh?” kata Bani. Arlet tidak menaruh curiga sama sekali kepada Bani, walau mereka baru saling kenal, entah mengapa dalam hati Arlet, Arlet begitu yakin akan ketulusan Bani yang ingin membantunya menyusun skripsi, dimata Bani, Arlet tidak menemukan sebuah kebohangan. “Kalo begitu, aku boleh minta nomor handphone kamu,” tanya Bani, “Buat apa?” kata Arlet, “Iya siapa tau kamu butuh nomor handphone aku, aku tau kok kamu itu termasuk tipe perempuan yang malas untuk minta nomor handphone seorang laki-laki, itu seperti hal yang memang kamu sendiri tidak membutuhkan itu, biar aku tebak,,,, kamu itu tipe perempuan yang gengsi mendekati laki-laki terlebih dulu, benar kan tebakan ku,?” tanya Bani, “Enough,” kata Arlet, sambil menulis nomor handphonenya di secarik kertas yang ia ambil dari dalam tasnya tadi, “Ini, puas?”, tanya Arlet, “Ok, Thank You So much Mrs. Rain Tree, sekarang aku harus ke Rumah Sakit lagi, jaga diri baik-baik OK,” kata Bani sambil menepuk pundak Arlet. “Oh,,, Tuhan... siapa dia berani-beraninya berpendapat tentang aku,” kata Arlet kesal.
23.30…
Arlet, masih belum bisa memejamkan mata, ketika bunyi handphone menyadarkannya dari lamunannya,,, Arlet meliha handphonenya, membuka sms dari nomor yang tidak Arlet kenal.
“Melihat mu melamun, menatap keluar jendela Coffe Break, membuat ku ingin menghentikan waktu, Melihat mu menangis terisak karena Laki-laki, membuat ku merasa malu, Melihat mu menatap mata ku, membuat hati ku seperti akan meledak, ____Gamal Albani Haqi”
“Menatap matamu, membuat ku ingat akan satu hal, Kakak ku, ____Arleta Harumi Althaf”
G->“Jika dengan menatap mataku membuat mu ingat akan hal itu, maka aku akan senang sekali, walau aku kau samakan dengan hal yang belum aku ketahui”
A->“Ku harap engkau bukanlah Devil,”
G->“Bagi sebagian perempuan mungkin aku adalah seorang Devil, tapi jika engkau mengharapkan aku bukanlah seorang Devil, maka aku akan berusaha untuk tidak menjadi seperti itu”
Ada sesuatu yang aneh dalam hati Arlet, tapi Arlet tidak mengetahui apa itu, Arlet tidak membalas pesan Bani. Ia mencoba memejamkan matanya, namun masih ada perasaan aneh dalam hati Arlet setelah membaca pesan Bani tadi. Ia takut Bani tidaklah seperti apa yang ia harapkan.

Senin, 06:35…
            “Mbaak Alet, nanti yang ngantein Lefi sekolah mbak Alet ya,,,” Kata Refi adik Arlet dengan nada bicara yang sedikit cadel, “Iya, nanti mbak Arlet yang nganterin, tapi mbak Arlet mamdi dulu ya, Refi sarapan dulu, nanti kalau Refi udah siap, kita berangkat sekolah,” kata Arlet kepada adiknya itu, “Iya udah mbak Alet mandi dulu, Lefi mau nonton TV lagi ya,,,,” Jawab Refi. Kebetulan, TK tempat Refi bersekolah jaraknya tidak terlalu jauh dari Coffe Break dan Rumah Sakit tempat Bani bekerja, TK Refi berhadapan langsung dengan Coffe Break, hanya perlu menyeberang sejauh lima ratus meter untuk sampai ke Coffer Break. Selesai mengantar Refi sekolah, Arlet tidak langsung pulang kerumah Orang tua nya, Arlet biasa menunggu Refi sampai pulang sekolah di Coffe Break, saat jam istirahat Refi biasanya Arlet menengok Refi di TK nya, mengawasi Refi yang sedang bermain dengan teman-temannya. Saat hendak pergi menuju coffe break dengan berjalan kaki, Arlet melihat Bani diseberang jalan, tidak sengaja mata mereka saling bertemu. Bani, berjalan menuju tempat Arlet,,, Bani masih menggenakan seragam perawatnya saat bertemu dengan Arlet pagi ini. “Morning, Mrs. Arlet… sedang apa disini sepagi ini??” tanya Bani sambil mengacak-ngacak rambut pendek Arlet, “Nganterin Refi sekolah, kamu sendiri ngapain pagi-pagi disini, dan,,,, masih pake seragam lengkap gitu?”, Jawab Arlet, “Aku,,, aku tidur di Rumah Sakit semalam, baru selesai jaga jam setengah dua pagi, jadi tidur di Rumah Sakit aja, sekalian nemenin si kampret Ian,” jawab Bani sambil memakai jaket yang dipegangnya tadi, “Ian??”, kata Arlet, “Iya,,, Ian temen aku, eh daripada ngobrol dipinggir jalan gini, mending ke coffe break aja, ngopi-ngopi sebentar”, ajak Bani. Arlet menuruti kata-kata Bani, mereka berjalan berdua menuju coffe break, Bani sempat mengenggam tangan Arlet saat hendak menyeberang, Dalam hati Arlet, ia merasakan sebuah kekuatan saat Bani menggenggam tangannya, kekuatan yang membuat Arlet merasa dilindungi, kekuata yang mebuat Arlet merasa dihargai dan membuat hati Arlet kembali pulih, entah perasaan apa yang saat ini sedang dirasakan Arlet. Sampai di coffe break,,, “Kamu mau pesan apa?”, tanya Bani, “Oh,,,, Vanilla Latte hangat,,” jawab Arlet, “Bengong terus, lagi mikirin apa?”, tanya Bani kepada Arlet, “Enggak, enggak mikirin apa-apa, buruan deh pesen, udah ditungguin mbak nya tuh,”, kata Arlet, “Dasar, judes… duduk sana, nanti aku anterin pesanan kamu,” kata Bani. Bani memesan Vanilla Latte hangat, Cappuccino Ice dan dua potong Brownies keju. “Vanilla Latte hangat dan Brownies keju untuk Mrs. Arlet…” kata Bani, sembari duduk dikursi didepan Arlet, “Terimaksih,,, Mr. Gamal...” jawab Arlet, “Senang mendengarmu memanggilku,,, Mr. Gamal…” kata Bani sambil tersenyum, “Oiya,,, tadi nganterin siapa kamu bilang?”,,, “Nganterin Refi, adik aku, dia sekolah d TK itu,,,” jawab Arlet, “Cowok atau Cewek,?” tanya Bani, “Cowok, kenapa?”, jawab Arlet, “Boleh aku ketemu adik kamu nanti,”, tanya Bani lagi, Arlet diam, ia hanya mengangguk sambil menikmati Vanilla Latte hangatnya, “Gimana skripsinya, udah sampe bab berapa?” tanya Bani sambil memakan Brownies keju nya, “Sampe bab dua, lumayan susah ya ternyata, banyak teorinya,” kata Arlet, “Ya udah, enggak usah ngeluh gitu, nanti kalau ada bagian-bagian yang enggak kamu pahami, tanya aja, mungkin aku bisa bantu,” kata Bani, Arlet mengangguk, “Kenapa kerja jadi perawat?,” tanya Arlet spontan, “Karena waktu kuliah aku ambil keperawatan, makanya aku jadi perawat,” jawab Bani, “Kenapa ambil keperawatan, kenapa enggak farmasi, teknik, atau yang lainnya gitu,,,” tanya Arlet lagi, “Kamu kenapa ambil Guru kenapa enggak jadi pramugari atau bidan atau apa gitu?”, kata Bani, “Karena aku suka, aku hanya ingin melakukan itu, enggak ada yang lain,”, jawab Arlet, “Begitu juga aku,,, aku hanya ingin melakukan apa yang suka, seprti kamu,” kata Bani, “Untuk melakukan hal yang kita inginkan apakah perlu sebuah alasan?”,,, Arlet terdiam mendengar ucapan Bani tadi, memang benar, untuk melakukan hal yang kita inginkan kita tidak perlu memiliki suatu alasan untuk itu, terlepas akan seperti apa hasilnya, lakukan saja apa yang mebuatmu bahagia.
Senin, 20.15…
Arlet berada dikamarnya, ia merasa sedikit lelah setelah bermain seharian dengan Refi dan Bani tadi. Iya,,, saat Refi pulang sekolah tadi Bani memaksa Arlet untuk mengizikannya bertemu dengan Refi, setelah mengantar Arlet dan Refi pulang, Bani mengajak Refi pergi ke sebuah mall untuk bermain, tentunya sebelum itu Bani meminta izin kepada Ibu Arlet. Tidak Arlet sangka, Refi begitu menyukai kehadiran Bani, wajarlah mungkin, walau Refi masih kecil tapi mereka sama-sama laki-laki bukan, mungkin itu yang mebuat Refi merasa nyaman saat Bani menggendong Refi di pundaknya,  Bani sendiri sangat menyukai Refi, ia gemas dengan tingkah Refi yang sangat aktif. Saat sedang mencoba memejamkan mata, Arlet dikagetkan oleh suara handphonenya,,,,
Pesan Masuk Dari Gamal Albani…
Gamal Albani__ “Rain Tree malam ini sedang beristirahat ditemani cahaya bulan, dan lampu-lampu kecil coffe break, tidakkah kau ingin melihatnya?”
Arleta Harumi__ “Aku terlalu letih, bahkan untuk melihat keindahan kecil Rain Tree itu”
Gamal Albani__ “Letih, biar kutebak, apakah sepi sedang meyergap hatimu saat ini?”
Arleta Harumi__ “Selalu, tidak pernah sedetik pun tidak merasakannya”
Gamal Albani__ “Biar kutebak, apa engkau sedang melamun saat ini”
Arleta Harumi__ “Melamun adalah hal sederhana yang membuat ku lupa akan lara hatiku”
Gamal Albani__ “Bisakah aku menjadi obat dari lara mu itu, bila iya katakanlah, maka aku akan melakukan hal itu jika memang itu akan membuat mu membaik”
Arleta Harumi__ “Biarkan sang waktu yang menentukan bisa atau tidakkah itu,”
Gamal Albani__ “Jika itu keputusan mu, maka akan kutunggu waktu itu, good night,”
Arlet tidak membalas pesan terakhir dari Bani, ia mematikan handphonenya, dan mencoba untuk tidur. Tapi ada satu hal yang mengganggu Arlet, kemarin dalam pesan yang Bani kirimkan untuk Arlet, Bani menulis, bahwa sebagian wanita mungkin menganggapnya seperti Devil, Arlet masih bertanya pada hatinya sendiri, apa yang Bani maksud, bagaimana bisa laki-laki sehangat Bani disamakan dengan Iblis. Apa yang telah dilakukan Bani sampai-sampai ia dicap seperti itu.
Selasa, 08.45…
Gamal Albani__ “ Menikmati pagi di coffe break,,, Apakah Vanilla Latte nya begitu enak, ha”
Arlet terkejut membaca pesan dari Bani, ia melihat sekeliling coffe break, tapi ia tidak melihat Bani dimanapun, lalu dari mana Bani mengetahui jika Arlet sedang di coffe break menikmati segelas Vanilla Latte hangat.
Gamal Albani__ “Aku sedang menikmati pemandangan indah dari bawah Rain Tree, yang engkau kagumi”
Arlet lantas segera melihat Rain Tree yang berada diluar coffe break… “Bani”, batinnya…
Arleta Harumi__ “Menyikirlah dari Rain Tree itu, kau membuatnya terlihat jelek”
Bani pergi meninggalkan Trembesi yang berada dihalaman coffe break, berjalan masuk menuju coffe break, duduk dikursi yang berada didepan Arlet. “Apa kau bilang, aku membuat Rain Tree itu menjadi jelek”, kata Bani… “Iya,,, kau membuatnya menjadi terlihat begitu jelek…” balas Arlet, “Aku sudah menunggu mu sejak tadi disitu,” kata Bani, “Aku tidak memintamu untuk menungguku”, jawab Arlet, “Ada yang ingin kutanyakan, bolehkah?”, “Tentu, tanyakan saja,” kata Bani, “Apa maksud dari kata-katamu, bahwa mungkin sebagian wanita menganggapmu sebagai…. Iblis”, tanya Arlet. Bani tidak menjawab,, ia hanya mengehela nafasnya,,, “Berjanjilah setelah aku mengatakannya,,, kamu tidak akan pergi”, tanya Bani,,, “OK..”, jawab Arlet,,, “ Begini,,, Arlet, aku mempunyai beberapa masalah kecil dengan beberapa perempuan,,,,, kau tau, perempuan –perempuan itu semua, aku pernah membuat luka pada hati mereka, aku tidak mengerti apa alasan ku melakukan itu, mereka datang padaku, mendekatiku tanpa aku inginkan, dan mereka mengatakan mereka menyukai ku, dan kau tau  Arlet, sungguh aku benar-benar tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap semua perempuan itu,,, saat mereka mengatakan mereka menyukaiku, aku hanya menjawab dengan jujur, bahwa aku tidak menyukai mereka, aku tidak ingin memaksakan perasaanku kepada perempuan yang sama sekali tidak aku sukai” kata Bani dengan berhati-hati, “Lalu,” jawab Arlet singkat, “Lalu, mereka menagis didepanku, memohon agar aku mau menjadi kekasih mereka,,, kau tau aku begitu tidak suka melihat perempuan menangis, tetapi terkadang mereka melakukan hal itu hanya untuk mendapatkan apa yang mereka mau, seolah-olah mereka menjadikan itu sebagai senjata mereka,,,,” kata Bani, “Tidakkah engkau pernah memiliki perasaan sedikit saja pada mereka?”, tanya Arlet, “Tidak pernah sediktipun,” jawab Bani, “Kamu tau Bani, walaupun kamu sama sekali tidak menyukai mereka, tidak bisakah kau, mempertimbangkannya, tidak bisakah kau mencoba menjalani dengan mereka, tidak bisakah kau lakukan itu?” tanya Arlet lagi, “Pernah, aku pernah mencobanya Arlet, aku pikir perasaan ku akan muncul dengan sendirinya setelah aku menjalani nya,,, namun apa yang terjadi,,, Arlet, aku sama sekali tidak merasakan apa-apa pada wanita itu,,, dan disaat aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan ku dengan wanita itu,,, kau tau Arlet,,, dia menangis dengan begitu histeris, bahkan dia mengancam untuk bunuh diri jika aku mengakhiri hubungan kami waktu itu, she is crazy,, you know,,” jawab Bani, “Bagaimana mungkin kau sama sekali tidak memiliki perasaan setelah kau menjalin hubungan dengannya,,,, apakah kau,,, tidak menyukai perempuan?” tanya Arlet dengan wajah serius, Bani tertawa mendengar pertanyaan Arlet tadi, “Arlet, aku memiliki kriteria ku sendiri, mau bagaimanapun wanita itu, jika ia tidak masuk dalam kriteria ku, aku tidak akan menyukainya, it’s simple right,,, kau akan merasa nyaman dengan pasangan mu jika pasangan mu itu memenuhi kriteria mu, gukankah seperti itu”, jawab Bani, “Tapi, aku masih tidak mengerti Bani, bagaiman bisa kau melakukan hal seperti itu kepada wanita yang jelas-jelas menyukaimu,?” tanya Arlet, “Dulu Arlet, dulu…. Aku pernah begitu mencintai seorang wanita, kau tau,,, dia bukanlah wanita yang masuk dalam kriteria ku, tapi aku tetap saja mencintainya, namanya Disya, aku menjalani hubungan dengannya sudah lebih dari tiga tahun, tiga tahun aku menjalin hunbungan dengannya, tidak pernah sekalipun aku berpikir untuk menjauh dan pergi darinya, kami banyak memiliki kesamaan, namun karena kesamaan itu lah yang akhirnya membuat hubungan kami berakhir,” kata Bani sembari meminum Kopinya, “Kau tau Arlet,”, lanjut Bani, “Dia meminta ku untuk mengakhiri tiga tahun hubungan kami, dengan alasan, dia sudah merasa tidak cocok denganku, Disya beralasan bahwa dia bukanlah wanita yang masuk dalam kriteria ku, walau sebelumnya aku sudah pernah menjelaskan padanya, bahwa aku mencintainya dengan apa ada nya dia, aku tidak peduli jika ia bukanlah wanita kriteriaku, aku tidak peduli walau sifat kami banyak memiliki kesamaan,,, tapi, dia tetap kekeuh untuk mengakhiri hubungan kami,,, belakangan ini baru aku tau, bahwa dia meinggalkanku karena seorang Dokter yang telah ia pacari sejak ia masih menjalin hunbungan denganku, Disya, dia sudah mempunyai hubungan dengan Dokter itu sejak tahun kedua hubunganku dengannya, artinya, Arlet,, dia menyelingkuhi ku,” kata Bani, “Wait,,, lalu sebenarnya seperti apa kriteria wanita yang kau inginkan, bukankah jika kalian memiliki kesamaan sifat itu akan lebih memudahkan kalian untuk menjalin hubungan, tidakkah seperti itu,?”, tanya Arlet sembari melihat jam di tangan kirinya, “Arlet,,, apa sifat mu dengan mantan pacarmu memiliki kesamaan?” tanya Bani, sambil mendekatkan wajahnya kepada Arlet, “Tidak, sifat kami berbeda jauh,,,” jawab Arlet sambil menatap mata Bani, “Apakah itu menyenangkan,” tanya Bani lagi, “Iya,,,, bisa kubilang itu menyenangkan, perbedaan membuat kalian mengerti satu sama lain, menghargai hubungan, dan terlebih,,, itu akan membuat kalian tidak cepat merasa bosan, karena mengenal perbedaan pasangan kalian membuat kalian mengerti akan hal lain, dari sudit pandang lain juga, seperti itulah,” jawab arlet, “Kau benar Arlet, perbedaan membuat kalian tidak cepat merasa jenuh, mungkin Disya jenuh dengan kesamaan kami dan mencari laki-laki lain, aku begitu menginginkan wanita yang memiliki perbedaan sikap dengan ku, aku ingin mencoba hal baru, melihat hal lain melalui sudut pandang orang lain, disaat ada wanita yang dekat denganku, apabila dia bukan kriteria ku, maka aku akan menjauh saat itu juga, karena aku tau itu tidak akan bisa berhasil”, kata Bani. Arlet mengerti dengan alasan Bani itu, saat Arlet menjalin hubungan dengan Ilal, Arlet tidak pernah sedikitpun merasa jenuh dengan hubungan mereka, perbedaan sifat Arlet dan Ilal membuat hubungan mereka menjadi lengkap, melalui perbedaan sifat itu mereka belajar melengkapi satu sama lain, apa jadinya jika sebuah hubungan tidak bisa membuat pihak yang terlibat merasa lengkap akan kekurangan pihak lain, Ibu dan Ayah Arlet memiliki sifat yang seratus selapan puluh derajat berbeda, dan hubungan kedua orang tua Arlet, masih mampu bertahan sampai sekarang, perbedaan itu mengajarkan kita untuk menerima dan melengkapi, jika suatu paket memiliki banyak kesamaan maka paket itu akan terasa menjenuhkan. “Tapi tetap saja Disya tidak boleh berbuat seperti itu, menduakanmu dan meninggalkanmu dengan alasan yang… dibuat-buat,” kata Arlet, “Aku tidak bisa menilai itu benar ataukah salah Arlet, mungkin memang Disya merasa lebih bahagia dengan laki-laki itu, dan aku tidak bisa menyalahkannya, karena akulah yang menjadi alasan mengapa dia berbuat seperti itu, aku tidak bisa menyalahkan kebahagiaannya, aku tidak berhak untuk itu,” jawab Bani, “Mengapa tidak berhak, bukankah kau yang lebih dulu menjalin hubungan dengan Disya, dan laki-laki itu hanyalah selingkuhan Disya, dimana-mana yang pertama lah yang selalu mempunyai porsi yang jauh lebih banyak untuk merasa berhak akan sesuatu,” tanya Arlet lagi, “Lalu,, apakah aku mempunyai hak untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain, apakah aku harus mempertahankan wanita yang aku tidak bisa membuatnya bahagia,,, Arlet, aku bukan laki-laki seegois itu, aku akan merasa jahat apabila aku menghalangi kebahagiaan orang lain,” jawab Bani, “Bukankah menolak setiap wanita yang menyukai mu adalah sama saja menghalangi kebahagiaan mereka”, tanya Arlet lagi, “Karena aku tau,,, itu hanya akan bertahan semetara Arlet, apa yang terjadi jika aku mengatakan yang sebenarnya setelah wanita itu menyukaiku lebih jauh lagi, mungkin saja ia akan bunuh diri seperti wanita sebelumnya, dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, maka dari itu, aku mengakhirinya sebelum semua itu berjalan terlalu jauh,” jawab Bani. “Lalu, apa kau tidak berencana untuk mencari seorang wanita untuk kau jadikan kekasih, apakah kau tidak merasa lelah menolak setiap wanita yang dekat denganmu, apakah kau tidak ingin menjalin sebuah hubungan lagi, apakah kau masih trauma dengan masa lalu ku,” tanya Arlet lagi, “Tidak aku tidak akan mencarinya, karena aku sudah menemukannya, dan wanita yang sekarang ini membuat ku ingin mendapatkannya, membuatku ingin selalu meghampirinya setiap ia sedang berada disekitarku, membuat ku ingin melupakan trauma masa lalu ku, dan membuat ku ingin,,, ingin begitu menjadikannya kekasih terakhir ku, apa kau ingin tau siapa wanita itu, Arlet?” tanya Bani, “Siapa memangnya wanita itu,” tanya Arlet, “Kau,,,,” jawab Bani singkat, “Aku”, jawab Arlet sedikit terkejut, “Bagaimana mungkin aku, kau bahkan belum mengenal ku,”,, “Memang aku belum mengenal mu, tapi aku tau perasaan ku ini benar Arlet, aku menyukai mu, sangat menyukaimu, aku menyukai semenjak engkau menangis didepan ku beberapa hari lalu, aku menyukai mu Arleta, dan itu membuat ku begitu ingin mengenalmu lebih jauh, aku menyukaimu Arleta Harumi Althaf,” kata Bani menatap mata Arlet. Arlet terdiam beberapa saat, “Bani, maaf tapi aku harus jemput Refi,” kat Arlet segera bangkit dari tempat duduknya, “Arlet tunggu,,,” kata Bani mencoba meghentikan Arlet “Biar aku antar kalian pulang, diluar mendung Arlet, biar aku antar OK,”. “Enggak perlu Bani, enggak perlu, lagian aku ada paying kok, kamu enggak usah antar aku,” jawab Arlet sambil berjalan meninggalkan Bani di coffe break, Bani tau ia terlalu terburu-buru mengatakan perasaannya pada Arlet, ia juga tau bahwa tidak mungkin wanita seperti Arlet percaya ada seseorang yang menyukainya secepat itu, cinta itu butuh proses, tidak ada yang namanya Love At The First Sight di kamus hidup Arlet.
22.00…
Arlet memandangi layar laptopnya, mendengarkan lagu favoritnya menggunakan earphone, “Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa dengan mudahnya menyukai orang lain, apakah ada hal semacam itu didunia ini, aku saja mulai menyukai Ilal setelah satu bulan aku kenal dia, bagaimana mungkin ada seorang laki-laki menyukai perempuan hanya dengan hitungan detik,” batin Arlet.
Arlet mengambil handphonenya yang berada disamping laptopnya, “Pesan Masuk, Gamal Albani” Arlet lantas membuka pesan dari Bani itu…
Gamal Albani__ “Apakah engkau marah karena perkataaan ku tadi pagi, bila iya, maka maafkan aku, sungguh Arlet, aku hanya mengatakan apa yang memang kurasakan, tidak ada sedikit pun niat ku untuk mempermainkanmu, Arlet, mencintai seseorang tidaklah harus membutuhkan waktu lama, cinta tidak bisa memilih kapan ia akan datang dan pada siapa ia akan jatuh cinta”.

Arlet tidak membalas pesan Bani tadi, ia begitu terkejut, ia seperti mati rasa, saat perasaannya sedang hancur karena Ilal, disaat itu juga aa seseorang yang mengaku mencintainya, ia tidak tau apa yang ia rasakan sekarang, memang Arlet begitu nyaman dengan kehadiran Bani, Arlet mengakui itu, tapi ia tidak tau jika Bani memiliki perasaan yang lebih kepada Arlet. “Jika Bani benar-benar mencintaiku seperti katanya tadi, lalu apa yang harus aku lakukan, aku belum siap untuk membuka hatiku lagi, aku masih mencintai dan mengharapkan Ilal,” batin Arlet.

3 komentar:

  1. bagus bnget sih lin, walaupun pemula, hoho. . . :)
    tp boleh komentar sedikit ga?? katanya refi cadel, nyebut arlet aja alet, tp kenapa dy bsa nyebut namanya sendiri dengan huruf "R" yg baik yaa, Refi, bukan Lefi?? hihihi :p
    *Piiiiis* *bercanda* :3

    BalasHapus
  2. haha, makasih,,, iya nanti aku perbaiki,trimakasih saran dan koreksi nya trek,,,

    BalasHapus