Bagian. 4
Awal Dari Sebuah Akhir Cerita
20.00…
Masih
di Coffe Break….
“Kamu,
masih kuliah?”, Tanya Bani membangunkan
Arlet dari lamunannya, “Masih, kenapa?”, jawab Arlet sinis, “Kuliah
dimana, semester berapa?” tanya Bani lagi, “Di Semarang, semester tujuh,” jawab
Arlet masih dengan nada sinis, “Udah nulis skripsi dong ya, ambil jurusan apa?”
tanya Bani lagi, “Ambil PGSD, ngapain sih tanya-tanya terus, penting ya?”
bentak Arlet, “Enggak apa-apa, Cuma nanya doang kok, enggak boleh?”, tanya
Bani,,, “Enggak,” jawab Arlet singkat, “Oiya, skripsi nya Kualitatif atau
Kuantitatif?” kata Bani, “Kualitatif,” jawab Arlet, “Kebetulan, dulu aku juga
ambil Kualitatif, aku bisa bantu kamu, kalau kamu mau, aku masih sedikit ingat
sih tentang pendekatan itu,” kata Bani antusias. Arlet diam berpikir sejenak,
dia memang sedang butuh pembimbing yang bisa ia tanyai kapan saja, “Beneran mau
bantu,?” tanya Arlet dengan nada sedikit lembut, “Iya beneran, bukankah sesama
umat manusia kita harus saling membantu, benar begitu kan Ibu guru Arlet, uh?”
kata Bani. Arlet tidak menaruh curiga sama sekali kepada Bani, walau mereka
baru saling kenal, entah mengapa dalam hati Arlet, Arlet begitu yakin akan
ketulusan Bani yang ingin membantunya menyusun skripsi, dimata Bani, Arlet tidak
menemukan sebuah kebohangan. “Kalo begitu, aku boleh minta nomor handphone
kamu,” tanya Bani, “Buat apa?” kata Arlet, “Iya siapa tau kamu butuh nomor
handphone aku, aku tau kok kamu itu termasuk tipe perempuan yang malas untuk
minta nomor handphone seorang laki-laki, itu seperti hal yang memang kamu
sendiri tidak membutuhkan itu, biar aku tebak,,,, kamu itu tipe perempuan yang
gengsi mendekati laki-laki terlebih dulu, benar kan tebakan ku,?” tanya Bani,
“Enough,” kata Arlet, sambil menulis nomor handphonenya di secarik kertas yang
ia ambil dari dalam tasnya tadi, “Ini, puas?”, tanya Arlet, “Ok, Thank You So
much Mrs. Rain Tree, sekarang aku harus ke Rumah Sakit lagi, jaga diri
baik-baik OK,” kata Bani sambil menepuk pundak Arlet. “Oh,,, Tuhan... siapa dia
berani-beraninya berpendapat tentang aku,” kata Arlet kesal.
23.30…
Arlet,
masih belum bisa memejamkan mata, ketika bunyi handphone menyadarkannya dari
lamunannya,,, Arlet meliha handphonenya, membuka sms dari nomor yang tidak
Arlet kenal.
“Melihat
mu melamun, menatap keluar jendela Coffe Break, membuat ku ingin menghentikan
waktu, Melihat mu menangis terisak karena Laki-laki, membuat ku merasa malu,
Melihat mu menatap mata ku, membuat hati ku seperti akan meledak, ____Gamal
Albani Haqi”
“Menatap
matamu, membuat ku ingat akan satu hal, Kakak ku, ____Arleta Harumi Althaf”
G->“Jika
dengan menatap mataku membuat mu ingat akan hal itu, maka aku akan senang
sekali, walau aku kau samakan dengan hal yang belum aku ketahui”
A->“Ku
harap engkau bukanlah Devil,”
G->“Bagi
sebagian perempuan mungkin aku adalah seorang Devil, tapi jika engkau
mengharapkan aku bukanlah seorang Devil, maka aku akan berusaha untuk tidak
menjadi seperti itu”
Ada sesuatu
yang aneh dalam hati Arlet, tapi Arlet tidak mengetahui apa itu, Arlet tidak
membalas pesan Bani. Ia mencoba memejamkan matanya, namun masih ada perasaan
aneh dalam hati Arlet setelah membaca pesan Bani tadi. Ia takut Bani tidaklah
seperti apa yang ia harapkan.
Senin,
06:35…
“Mbaak Alet, nanti yang ngantein Lefi sekolah mbak Alet ya,,,” Kata Refi adik Arlet dengan nada bicara yang
sedikit cadel, “Iya, nanti mbak Arlet yang nganterin, tapi mbak Arlet mamdi
dulu ya, Refi sarapan dulu, nanti kalau Refi udah siap, kita berangkat
sekolah,” kata Arlet kepada adiknya itu, “Iya udah mbak Alet mandi dulu, Lefi
mau nonton TV lagi ya,,,,” Jawab Refi. Kebetulan, TK tempat Refi bersekolah
jaraknya tidak terlalu jauh dari Coffe Break dan Rumah Sakit tempat Bani bekerja,
TK Refi berhadapan langsung dengan Coffe Break, hanya perlu menyeberang sejauh
lima ratus meter untuk sampai ke Coffer Break. Selesai mengantar Refi sekolah,
Arlet tidak langsung pulang kerumah Orang tua nya, Arlet biasa menunggu Refi
sampai pulang sekolah di Coffe Break, saat jam istirahat Refi biasanya Arlet
menengok Refi di TK nya, mengawasi Refi yang sedang bermain dengan
teman-temannya. Saat hendak pergi menuju coffe break dengan berjalan kaki,
Arlet melihat Bani diseberang jalan, tidak sengaja mata mereka saling bertemu.
Bani, berjalan menuju tempat Arlet,,, Bani masih menggenakan seragam perawatnya
saat bertemu dengan Arlet pagi ini. “Morning, Mrs. Arlet… sedang apa disini
sepagi ini??” tanya Bani sambil mengacak-ngacak rambut pendek Arlet, “Nganterin
Refi sekolah, kamu sendiri ngapain pagi-pagi disini, dan,,,, masih pake seragam
lengkap gitu?”, Jawab Arlet, “Aku,,, aku tidur di Rumah Sakit semalam, baru
selesai jaga jam setengah dua pagi, jadi tidur di Rumah Sakit aja, sekalian
nemenin si kampret Ian,” jawab Bani sambil memakai jaket yang dipegangnya tadi,
“Ian??”, kata Arlet, “Iya,,, Ian temen aku, eh daripada ngobrol dipinggir jalan
gini, mending ke coffe break aja, ngopi-ngopi sebentar”, ajak Bani. Arlet
menuruti kata-kata Bani, mereka berjalan berdua menuju coffe break, Bani sempat
mengenggam tangan Arlet saat hendak menyeberang, Dalam hati Arlet, ia merasakan
sebuah kekuatan saat Bani menggenggam tangannya, kekuatan yang membuat Arlet
merasa dilindungi, kekuata yang mebuat Arlet merasa dihargai dan membuat hati
Arlet kembali pulih, entah perasaan apa yang saat ini sedang dirasakan Arlet.
Sampai di coffe break,,, “Kamu mau pesan apa?”, tanya Bani, “Oh,,,, Vanilla
Latte hangat,,” jawab Arlet, “Bengong terus, lagi mikirin apa?”, tanya Bani
kepada Arlet, “Enggak, enggak mikirin apa-apa, buruan deh pesen, udah
ditungguin mbak nya tuh,”, kata Arlet, “Dasar, judes… duduk sana, nanti aku
anterin pesanan kamu,” kata Bani. Bani memesan Vanilla Latte hangat, Cappuccino
Ice dan dua potong Brownies keju. “Vanilla Latte hangat dan Brownies keju untuk
Mrs. Arlet…” kata Bani, sembari duduk dikursi didepan Arlet, “Terimaksih,,, Mr.
Gamal...” jawab Arlet, “Senang mendengarmu memanggilku,,, Mr. Gamal…” kata Bani
sambil tersenyum, “Oiya,,, tadi nganterin siapa kamu bilang?”,,, “Nganterin
Refi, adik aku, dia sekolah d TK itu,,,” jawab Arlet, “Cowok atau Cewek,?”
tanya Bani, “Cowok, kenapa?”, jawab Arlet, “Boleh aku ketemu adik kamu nanti,”,
tanya Bani lagi, Arlet diam, ia hanya mengangguk sambil menikmati Vanilla Latte
hangatnya, “Gimana skripsinya, udah sampe bab berapa?” tanya Bani sambil
memakan Brownies keju nya, “Sampe bab dua, lumayan susah ya ternyata, banyak
teorinya,” kata Arlet, “Ya udah, enggak usah ngeluh gitu, nanti kalau ada
bagian-bagian yang enggak kamu pahami, tanya aja, mungkin aku bisa bantu,” kata
Bani, Arlet mengangguk, “Kenapa kerja jadi perawat?,” tanya Arlet spontan,
“Karena waktu kuliah aku ambil keperawatan, makanya aku jadi perawat,” jawab
Bani, “Kenapa ambil keperawatan, kenapa enggak farmasi, teknik, atau yang
lainnya gitu,,,” tanya Arlet lagi, “Kamu kenapa ambil Guru kenapa enggak jadi
pramugari atau bidan atau apa gitu?”, kata Bani, “Karena aku suka, aku hanya
ingin melakukan itu, enggak ada yang lain,”, jawab Arlet, “Begitu juga aku,,,
aku hanya ingin melakukan apa yang suka, seprti kamu,” kata Bani, “Untuk
melakukan hal yang kita inginkan apakah perlu sebuah alasan?”,,, Arlet terdiam
mendengar ucapan Bani tadi, memang benar, untuk melakukan hal yang kita
inginkan kita tidak perlu memiliki suatu alasan untuk itu, terlepas akan
seperti apa hasilnya, lakukan saja apa yang mebuatmu bahagia.
Senin,
20.15…
Arlet
berada dikamarnya, ia merasa sedikit lelah setelah bermain seharian dengan Refi
dan Bani tadi. Iya,,, saat Refi pulang sekolah tadi Bani memaksa Arlet untuk
mengizikannya bertemu dengan Refi, setelah mengantar Arlet dan Refi pulang,
Bani mengajak Refi pergi ke sebuah mall untuk bermain, tentunya sebelum itu
Bani meminta izin kepada Ibu Arlet. Tidak Arlet sangka, Refi begitu menyukai
kehadiran Bani, wajarlah mungkin, walau Refi masih kecil tapi mereka sama-sama
laki-laki bukan, mungkin itu yang mebuat Refi merasa nyaman saat Bani
menggendong Refi di pundaknya, Bani
sendiri sangat menyukai Refi, ia gemas dengan tingkah Refi yang sangat aktif.
Saat sedang mencoba memejamkan mata, Arlet dikagetkan oleh suara
handphonenya,,,,
Pesan
Masuk Dari Gamal Albani…
Gamal
Albani__ “Rain Tree malam ini sedang beristirahat ditemani cahaya bulan, dan
lampu-lampu kecil coffe break, tidakkah kau ingin melihatnya?”
Arleta
Harumi__ “Aku terlalu letih, bahkan untuk melihat keindahan kecil Rain Tree
itu”
Gamal
Albani__ “Letih, biar kutebak, apakah sepi sedang meyergap hatimu saat ini?”
Arleta
Harumi__ “Selalu, tidak pernah sedetik pun tidak merasakannya”
Gamal
Albani__ “Biar kutebak, apa engkau sedang melamun saat ini”
Arleta
Harumi__ “Melamun adalah hal sederhana yang membuat ku lupa akan lara hatiku”
Gamal
Albani__ “Bisakah aku menjadi obat dari lara mu itu, bila iya katakanlah, maka
aku akan melakukan hal itu jika memang itu akan membuat mu membaik”
Arleta
Harumi__ “Biarkan sang waktu yang menentukan bisa atau tidakkah itu,”
Gamal
Albani__ “Jika itu keputusan mu, maka akan kutunggu waktu itu, good night,”
Arlet
tidak membalas pesan terakhir dari Bani, ia mematikan handphonenya, dan mencoba
untuk tidur. Tapi ada satu hal yang mengganggu Arlet, kemarin dalam pesan yang
Bani kirimkan untuk Arlet, Bani menulis, bahwa sebagian wanita mungkin menganggapnya
seperti Devil, Arlet masih bertanya pada hatinya sendiri, apa yang Bani maksud,
bagaimana bisa laki-laki sehangat Bani disamakan dengan Iblis. Apa yang telah
dilakukan Bani sampai-sampai ia dicap seperti itu.
Selasa,
08.45…
Gamal
Albani__ “ Menikmati pagi di coffe break,,, Apakah Vanilla Latte nya begitu
enak, ha”
Arlet
terkejut membaca pesan dari Bani, ia melihat sekeliling coffe break, tapi ia
tidak melihat Bani dimanapun, lalu dari mana Bani mengetahui jika Arlet sedang
di coffe break menikmati segelas Vanilla Latte hangat.
Gamal
Albani__ “Aku sedang menikmati pemandangan indah dari bawah Rain Tree, yang
engkau kagumi”
Arlet
lantas segera melihat Rain Tree yang berada diluar coffe break… “Bani”,
batinnya…
Arleta
Harumi__ “Menyikirlah dari Rain Tree itu, kau membuatnya terlihat jelek”
Bani
pergi meninggalkan Trembesi yang berada dihalaman coffe break, berjalan masuk
menuju coffe break, duduk dikursi yang berada didepan Arlet. “Apa kau bilang,
aku membuat Rain Tree itu menjadi jelek”, kata Bani… “Iya,,, kau membuatnya
menjadi terlihat begitu jelek…” balas Arlet, “Aku sudah menunggu mu sejak tadi
disitu,” kata Bani, “Aku tidak memintamu untuk menungguku”, jawab Arlet, “Ada
yang ingin kutanyakan, bolehkah?”, “Tentu, tanyakan saja,” kata Bani, “Apa
maksud dari kata-katamu, bahwa mungkin sebagian wanita menganggapmu sebagai….
Iblis”, tanya Arlet. Bani tidak menjawab,, ia hanya mengehela nafasnya,,,
“Berjanjilah setelah aku mengatakannya,,, kamu tidak akan pergi”, tanya Bani,,,
“OK..”, jawab Arlet,,, “ Begini,,, Arlet, aku mempunyai beberapa masalah kecil
dengan beberapa perempuan,,,,, kau tau, perempuan –perempuan itu semua, aku
pernah membuat luka pada hati mereka, aku tidak mengerti apa alasan ku
melakukan itu, mereka datang padaku, mendekatiku tanpa aku inginkan, dan mereka
mengatakan mereka menyukai ku, dan kau tau
Arlet, sungguh aku benar-benar tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap
semua perempuan itu,,, saat mereka mengatakan mereka menyukaiku, aku hanya
menjawab dengan jujur, bahwa aku tidak menyukai mereka, aku tidak ingin
memaksakan perasaanku kepada perempuan yang sama sekali tidak aku sukai” kata
Bani dengan berhati-hati, “Lalu,” jawab Arlet singkat, “Lalu, mereka menagis
didepanku, memohon agar aku mau menjadi kekasih mereka,,, kau tau aku begitu
tidak suka melihat perempuan menangis, tetapi terkadang mereka melakukan hal
itu hanya untuk mendapatkan apa yang mereka mau, seolah-olah mereka menjadikan
itu sebagai senjata mereka,,,,” kata Bani, “Tidakkah engkau pernah memiliki
perasaan sedikit saja pada mereka?”, tanya Arlet, “Tidak pernah sediktipun,”
jawab Bani, “Kamu tau Bani, walaupun kamu sama sekali tidak menyukai mereka,
tidak bisakah kau, mempertimbangkannya, tidak bisakah kau mencoba menjalani
dengan mereka, tidak bisakah kau lakukan itu?” tanya Arlet lagi, “Pernah, aku
pernah mencobanya Arlet, aku pikir perasaan ku akan muncul dengan sendirinya setelah
aku menjalani nya,,, namun apa yang terjadi,,, Arlet, aku sama sekali tidak
merasakan apa-apa pada wanita itu,,, dan disaat aku memutuskan untuk mengakhiri
hubungan ku dengan wanita itu,,, kau tau Arlet,,, dia menangis dengan begitu
histeris, bahkan dia mengancam untuk bunuh diri jika aku mengakhiri hubungan
kami waktu itu, she is crazy,, you know,,” jawab Bani, “Bagaimana mungkin kau
sama sekali tidak memiliki perasaan setelah kau menjalin hubungan dengannya,,,,
apakah kau,,, tidak menyukai perempuan?” tanya Arlet dengan wajah serius, Bani
tertawa mendengar pertanyaan Arlet tadi, “Arlet, aku memiliki kriteria ku
sendiri, mau bagaimanapun wanita itu, jika ia tidak masuk dalam kriteria ku,
aku tidak akan menyukainya, it’s simple right,,, kau akan merasa nyaman dengan
pasangan mu jika pasangan mu itu memenuhi kriteria mu, gukankah seperti itu”,
jawab Bani, “Tapi, aku masih tidak mengerti Bani, bagaiman bisa kau melakukan
hal seperti itu kepada wanita yang jelas-jelas menyukaimu,?” tanya Arlet, “Dulu
Arlet, dulu…. Aku pernah begitu mencintai seorang wanita, kau tau,,, dia
bukanlah wanita yang masuk dalam kriteria ku, tapi aku tetap saja mencintainya,
namanya Disya, aku menjalani hubungan dengannya sudah lebih dari tiga tahun,
tiga tahun aku menjalin hunbungan dengannya, tidak pernah sekalipun aku
berpikir untuk menjauh dan pergi darinya, kami banyak memiliki kesamaan, namun
karena kesamaan itu lah yang akhirnya membuat hubungan kami berakhir,” kata
Bani sembari meminum Kopinya, “Kau tau Arlet,”, lanjut Bani, “Dia meminta ku
untuk mengakhiri tiga tahun hubungan kami, dengan alasan, dia sudah merasa
tidak cocok denganku, Disya beralasan bahwa dia bukanlah wanita yang masuk
dalam kriteria ku, walau sebelumnya aku sudah pernah menjelaskan padanya, bahwa
aku mencintainya dengan apa ada nya dia, aku tidak peduli jika ia bukanlah
wanita kriteriaku, aku tidak peduli walau sifat kami banyak memiliki
kesamaan,,, tapi, dia tetap kekeuh untuk mengakhiri hubungan kami,,, belakangan
ini baru aku tau, bahwa dia meinggalkanku karena seorang Dokter yang telah ia
pacari sejak ia masih menjalin hunbungan denganku, Disya, dia sudah mempunyai
hubungan dengan Dokter itu sejak tahun kedua hubunganku dengannya, artinya,
Arlet,, dia menyelingkuhi ku,” kata Bani, “Wait,,, lalu sebenarnya seperti apa
kriteria wanita yang kau inginkan, bukankah jika kalian memiliki kesamaan sifat
itu akan lebih memudahkan kalian untuk menjalin hubungan, tidakkah seperti
itu,?”, tanya Arlet sembari melihat jam di tangan kirinya, “Arlet,,, apa sifat
mu dengan mantan pacarmu memiliki kesamaan?” tanya Bani, sambil mendekatkan
wajahnya kepada Arlet, “Tidak, sifat kami berbeda jauh,,,” jawab Arlet sambil
menatap mata Bani, “Apakah itu menyenangkan,” tanya Bani lagi, “Iya,,,, bisa
kubilang itu menyenangkan, perbedaan membuat kalian mengerti satu sama lain,
menghargai hubungan, dan terlebih,,, itu akan membuat kalian tidak cepat merasa
bosan, karena mengenal perbedaan pasangan kalian membuat kalian mengerti akan
hal lain, dari sudit pandang lain juga, seperti itulah,” jawab arlet, “Kau
benar Arlet, perbedaan membuat kalian tidak cepat merasa jenuh, mungkin Disya
jenuh dengan kesamaan kami dan mencari laki-laki lain, aku begitu menginginkan
wanita yang memiliki perbedaan sikap dengan ku, aku ingin mencoba hal baru, melihat
hal lain melalui sudut pandang orang lain, disaat ada wanita yang dekat
denganku, apabila dia bukan kriteria ku, maka aku akan menjauh saat itu juga,
karena aku tau itu tidak akan bisa berhasil”, kata Bani. Arlet mengerti dengan
alasan Bani itu, saat Arlet menjalin hubungan dengan Ilal, Arlet tidak pernah
sedikitpun merasa jenuh dengan hubungan mereka, perbedaan sifat Arlet dan Ilal
membuat hubungan mereka menjadi lengkap, melalui perbedaan sifat itu mereka
belajar melengkapi satu sama lain, apa jadinya jika sebuah hubungan tidak bisa
membuat pihak yang terlibat merasa lengkap akan kekurangan pihak lain, Ibu dan
Ayah Arlet memiliki sifat yang seratus selapan puluh derajat berbeda, dan
hubungan kedua orang tua Arlet, masih mampu bertahan sampai sekarang, perbedaan
itu mengajarkan kita untuk menerima dan melengkapi, jika suatu paket memiliki
banyak kesamaan maka paket itu akan terasa menjenuhkan. “Tapi tetap saja Disya
tidak boleh berbuat seperti itu, menduakanmu dan meninggalkanmu dengan alasan
yang… dibuat-buat,” kata Arlet, “Aku tidak bisa menilai itu benar ataukah salah
Arlet, mungkin memang Disya merasa lebih bahagia dengan laki-laki itu, dan aku
tidak bisa menyalahkannya, karena akulah yang menjadi alasan mengapa dia
berbuat seperti itu, aku tidak bisa menyalahkan kebahagiaannya, aku tidak
berhak untuk itu,” jawab Bani, “Mengapa tidak berhak, bukankah kau yang lebih
dulu menjalin hubungan dengan Disya, dan laki-laki itu hanyalah selingkuhan
Disya, dimana-mana yang pertama lah yang selalu mempunyai porsi yang jauh lebih
banyak untuk merasa berhak akan sesuatu,” tanya Arlet lagi, “Lalu,, apakah aku
mempunyai hak untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain, apakah aku harus
mempertahankan wanita yang aku tidak bisa membuatnya bahagia,,, Arlet, aku bukan
laki-laki seegois itu, aku akan merasa jahat apabila aku menghalangi
kebahagiaan orang lain,” jawab Bani, “Bukankah menolak setiap wanita yang
menyukai mu adalah sama saja menghalangi kebahagiaan mereka”, tanya Arlet lagi,
“Karena aku tau,,, itu hanya akan bertahan semetara Arlet, apa yang terjadi
jika aku mengatakan yang sebenarnya setelah wanita itu menyukaiku lebih jauh
lagi, mungkin saja ia akan bunuh diri seperti wanita sebelumnya, dan aku tidak
akan membiarkan hal itu terjadi, maka dari itu, aku mengakhirinya sebelum semua
itu berjalan terlalu jauh,” jawab Bani. “Lalu, apa kau tidak berencana untuk
mencari seorang wanita untuk kau jadikan kekasih, apakah kau tidak merasa lelah
menolak setiap wanita yang dekat denganmu, apakah kau tidak ingin menjalin sebuah
hubungan lagi, apakah kau masih trauma dengan masa lalu ku,” tanya Arlet lagi,
“Tidak aku tidak akan mencarinya, karena aku sudah menemukannya, dan wanita
yang sekarang ini membuat ku ingin mendapatkannya, membuatku ingin selalu
meghampirinya setiap ia sedang berada disekitarku, membuat ku ingin melupakan
trauma masa lalu ku, dan membuat ku ingin,,, ingin begitu menjadikannya kekasih
terakhir ku, apa kau ingin tau siapa wanita itu, Arlet?” tanya Bani, “Siapa
memangnya wanita itu,” tanya Arlet, “Kau,,,,” jawab Bani singkat, “Aku”, jawab
Arlet sedikit terkejut, “Bagaimana mungkin aku, kau bahkan belum mengenal
ku,”,, “Memang aku belum mengenal mu, tapi aku tau perasaan ku ini benar Arlet,
aku menyukai mu, sangat menyukaimu, aku menyukai semenjak engkau menangis
didepan ku beberapa hari lalu, aku menyukai mu Arleta, dan itu membuat ku
begitu ingin mengenalmu lebih jauh, aku menyukaimu Arleta Harumi Althaf,” kata
Bani menatap mata Arlet. Arlet terdiam beberapa saat, “Bani, maaf tapi aku
harus jemput Refi,” kat Arlet segera bangkit dari tempat duduknya, “Arlet
tunggu,,,” kata Bani mencoba meghentikan Arlet “Biar aku antar kalian pulang,
diluar mendung Arlet, biar aku antar OK,”. “Enggak perlu Bani, enggak perlu,
lagian aku ada paying kok, kamu enggak usah antar aku,” jawab Arlet sambil
berjalan meninggalkan Bani di coffe break, Bani tau ia terlalu terburu-buru
mengatakan perasaannya pada Arlet, ia juga tau bahwa tidak mungkin wanita
seperti Arlet percaya ada seseorang yang menyukainya secepat itu, cinta itu butuh
proses, tidak ada yang namanya Love At The First Sight di kamus hidup Arlet.
22.00…
Arlet
memandangi layar laptopnya, mendengarkan lagu favoritnya menggunakan earphone,
“Bagaimana mungkin ada seseorang yang bisa dengan mudahnya menyukai orang lain,
apakah ada hal semacam itu didunia ini, aku saja mulai menyukai Ilal setelah
satu bulan aku kenal dia, bagaimana mungkin ada seorang laki-laki menyukai
perempuan hanya dengan hitungan detik,” batin Arlet.
Arlet
mengambil handphonenya yang berada disamping laptopnya, “Pesan Masuk, Gamal
Albani” Arlet lantas membuka pesan dari Bani itu…
Gamal
Albani__ “Apakah engkau marah karena perkataaan ku tadi pagi, bila iya, maka
maafkan aku, sungguh Arlet, aku hanya mengatakan apa yang memang kurasakan,
tidak ada sedikit pun niat ku untuk mempermainkanmu, Arlet, mencintai seseorang
tidaklah harus membutuhkan waktu lama, cinta tidak bisa memilih kapan ia akan
datang dan pada siapa ia akan jatuh cinta”.
Arlet
tidak membalas pesan Bani tadi, ia begitu terkejut, ia seperti mati rasa, saat
perasaannya sedang hancur karena Ilal, disaat itu juga aa seseorang yang
mengaku mencintainya, ia tidak tau apa yang ia rasakan sekarang, memang Arlet
begitu nyaman dengan kehadiran Bani, Arlet mengakui itu, tapi ia tidak tau jika
Bani memiliki perasaan yang lebih kepada Arlet. “Jika Bani benar-benar
mencintaiku seperti katanya tadi, lalu apa yang harus aku lakukan, aku belum
siap untuk membuka hatiku lagi, aku masih mencintai dan mengharapkan Ilal,”
batin Arlet.
bagus bnget sih lin, walaupun pemula, hoho. . . :)
BalasHapustp boleh komentar sedikit ga?? katanya refi cadel, nyebut arlet aja alet, tp kenapa dy bsa nyebut namanya sendiri dengan huruf "R" yg baik yaa, Refi, bukan Lefi?? hihihi :p
*Piiiiis* *bercanda* :3
haha, makasih,,, iya nanti aku perbaiki,trimakasih saran dan koreksi nya trek,,,
BalasHapusokkee,okee masama :D
Hapus