Bagian. 3
Gamal Albani Haqi
Hari
yang sama, jam 20.45…
Arlet
masih menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, memikirkan Ilal yang
menghancurkan hatinya untuk kedua kalinya, memikirkan tatapan mata Bani yang
membuatnya nyaman. Hingga Arlet dikejutkan oleh bunyi nada dering dari
handphonenya,,, ia mengambil handphone yang berada di samping kiri tangannya,
melihat handphonenya, NADIA EDISA SOFIAN, ternyata telepon dari sahabatnya
Edis…
“Hallo,,
kenapa dis???”
“Kamu
enggak kenapa-kenapa kan let, baik-baik aja kan??” tanya Edis
“I’m
fine dis, ada apa telepon, tumben?”
“Aku
khawatir sama kamu, aku baru aja dapat undangan pernikahan dari Ilal, kamu udah
tau itu kan, kamu udah tau soal pernikahannya Ilal kan let” tanya edis..
“Iya,
aku udah tau kok, tadi pagi Ilal angsung yang ngasih undangannya”
“Oh
God,,, Arlet sayang, aku tau gimana perasaan kamu sekarang, maaf aku enggak ada
disamping kamu saat kamu seperti ini, yang sabar ya sayang, aku selalu ada
disini buat kamu” kata Edis di ujung telepon…
“Thankyou,
youre the best one I have,”
“Jangan
bengong sendirian dikamar, mending main sama Refi, biar ada yang menghibur
kamu” kata Edis…
“Refi
udah tidur dis, ini udah jam Sembilan, kamu gak ada tugas jaga” tanya Arlet..
“Ada,
ya udah nanti aku telepon lagi ya let, jangan bengong sendirian lho, inget itu,
bye Arlet”….
Telepon singkat dari Edis tadi membuat hati
Arlet sedikit tenang, Edis adalah sahabat Arlet sejak mereka masih sama-sama
duduk di bangku kelas satu SMP, mereka bersahabat sejak dari kelas satu SMP
sampai sekarang, setelah lulus SMP mereka lalu masuk di SMA yang sama, di kelas
1 SMA mereka satu kelas, sampi di kelas dua, mereka baru berpisah karena
program penjurusan, entah takdir atau apa sejak kelas satu SMP hingga kelas
satu SMA mereka selalu berada dalam satu kelas, Arlet memilih masuk di jurusan
IPS karena Arlet sudah begitu jatuh cinta dengan mata pelajaran Akutansi, waktu
SMP Arlet sudah mendapatkan mata pelajaran tersebut yang hanya berbeda namanya
saja, lagipula Arlet juga bercita-cita menjadi seorang Guru Ekonomi, itu faktor
utama mengapa Arlet memilih IPS, sedangkan Edis, ia memilih IPA, krena
cita-citanya yang ingin menjadi seorang bidan. Sampai sekarag walau mereka
berdua tidak kuliah di satu Universitas yang sama, mereka masih tetap
bersahabat sama seperti ketika mereka di Sekolah Menengah, dua hari dalam
seminggu, Arlet menghabiskan waktunya bersama Edis, menginap di kos Edis, atau
hanya sekedar nongkrong bersama sahabatnya itu, Edis jugalah yang mengenalkan
Ilal kepada Arlet empat tahun lalu, Ilal adalah senior Edis di Ekstra Kurikuler
PMR semasa di SMA,dan Edis juga lah yang membuat Arlet dan Ilal menjadi sepasang kekasih selama empat tahun.
Arlet, memutuskan untuk menunda kembali ke
Semarang, seharusnya Senin ini Arlet mempunyai jadwal untuk bertemu dengan
Dosen pembimbing skripsinya, namun karena kejadian kemarin pagi di coffe break
membuatnya perlu menenangkan pikiran, bagaimana tidak ia harus menelan
kekecewaan yang teramat dalam, ia harus merelakan Ilal, laki-laki yang ia
cintai.
Untuglah, Arlet bisa sedikit meulapakan sakit
hatinya, karena kehadiran Refi yang sangat membantu Arlet, Arlet menyayangi
Refi seperti ia menyayangi dirinya sendiri, adik semata wayangnya itu tidak
pernah berhenti mengganggu Arlet jika Arlet sedang di rumah, ada saja hal-hal
yang dilakukan Refi yang membuat Arlet gemas. Arlet mempunyai seorng adik
setelah ia kehilangan seorang kakak, itu adalah sebuah anugerah bagi Arlet dan
Orang tuanya.
Hari minggu Arlet habiskan dengan
bermalas-malasan di kamarnya mendengarkan music dari playlist favoritnya,
bermain dengan Refi, dan mengganggu Refi,,, kegiatan yang sangat menyenangkan
bagi Arlet. Pagi sampai sore nanti Arlet tidak berencana untuk meninggalkan
rumah, ia ingin di rumah saja, menghabiskan harinya dengan bermain dan
mengganggu Refi adiknya.
Minggu malam, jam 19.30…
Arlet, minta izin kepada Ibunya untuk keluar
sebentar, ia ingin menikmati malam di kota kelahirannya itu, seperti biasa
Arlet memutuskan untuk pergi ke coffe break, mungkin disana nanti ia akan
bertemu dengan Bani, iya, rasanya ia memang butuh bicara dengan orang lain
untuk membuat hatinya lega, Edis sedang sibuk di rumah sakit menangani
persalinan, itu sebabnya Arlet tidak ingin bicara dengan Edis, itu hanya
mengganggu saja, percuma.
“Mbak, Cappucino hangat nya satu sama Pisang
kejunya dua ya,” kata Arlet, Arlet menunggu pesanannya sambil menyapu coffe
break dengan pandangannya, “lumayan ramai, ABG semua, dan, masing-masing dengan
pasangannya, ah… cinta anak muda, hanya tau senang-senang saja” bati Arlet
didalam hatinya, “ini mbak pesanannya, semuanya sepuluh ribu lima ratus,” kata
si mbak penjaga stand coffer break “Terimakasih mbak” kata Arlet sambil
meyerahkan uang untuk membayar pesanannya. Arlet mencari kursi kosong, kursi
yang berada tidak terlalu jauh dari pintu masuk coffe break, Arlet duduk sendiri,,,
Cappucino hangatnya sudah ia habiskan terlebih dulu, ia lebih suka langsung
menghabiskan kopinya, menurut Arlet jika terlalu lama dibiarkan, rasa kopinya
akan berubah dan sensasinya pun juga berbeda. Setelah menghabiskan kopinya,
Arlet hanyut dalam lamunannya, melamun memang sudah mejadi kebiasaan Arlet jika
ia sedang sendiri, “ Bagian terindah ketika kamu melamun adalah, kamu bisa lupa
sejenak dengan masalah yang menderamu” itu yag selalu Arlet katakana kepada
Edis, jika Edis memarahi Arlet jika terlalu sering melamun.
“Good Nite Mrs. Rain Tree”,,,, sapa Bani
membangunkan Arlet dari lamunannya, “Mrs. Rain Tree??? Apa maksudnya”, tanya
Arlet dengan wajah penasaran, “Yeah… Mrs. Rain Tree,, Soalnya kalo aku lihat
kamu kalau lagi disini suka banget dan sering juga memandangi Trembesi itu”,
jawab Bani sambil menunjuk Trembesi yang berada di luar jendela, dekat stand
coffe break. Rain Tree adalah nama lain Trembesi, nama ilmiahnya adalah Albizia
Saman, atau Samanea Saman, sering juga disebut Rain Tree,karena tajuknya banyak
mengeluarkan air, disebut juga sebagai Pohon Peneduh, karena daunnya yang
begitu rimbun dan lebat. “Oh, itu,,, lalu, apa gara-gara itu kamu memanggil ku
Mrs. Rain Tree,??? Tanya Arlet, “Lalu, aku harus memanggilmu apa jika aku
bertemu dengan mu?, aku tidak mengetahui nama mu, dan hal yang kuingat dari mu
hanyalah disaat kamu melamun sambil menatapa Rain Tree itu,” kata Bani, “Kamu
enggak tau nama aku, lalu kenapa kamu masih menyapa ku dan duduk didepan ku
sekarang?” Tanya Arlet, “Bukankah kita harus saling menyapa jika kita bertemu
dengan orang lain? Itu kan yang selalu diajarkan guru-guru kita waktu Sekolah
Dasar,” jawab Bani, “Mengapa hanya aku yang kamu sapa, bukankah disini ada
banya orang, seharusnya kamu juga menyapa yang lain, bukankah begitu, ha?”,
Balas Arlet, “Hei,,,, tapi hati ku hanya meyuruhku menyapa kamu, lagipula semua
orang disini datang bersama kekasih mereka, apakah mereka juga harus aku sapa,
yang ada, nanti aku yang kena marah kekasihnya,” Kata Bani, “ Itu artinya hati
kamu tidak adil, hanya mau menyapa ku saja”, balas Arlet, “Bagaimana bisa
dikatakan tidak adil?, aku hanya memilih satu wanita yang ingin kusapa, dan aku
hanya memilih wanita itu untuk kujadikan satu-satunya dalam hati dan hidupku,
apa itu yang kamu katakana tidak adil?”, “Lalu siapa wanita yang ingin kamu
sapa itu?” Tanya Arlet penasaran, “Masih belum mengerti juga ya, kamu ini
kurang peka atau gimana sih, jelas-jelas tadi aku menyapa kam…” kata Bani
terhenti, diam sesaat, “Kam…mu siapa?” balas Arlet, “Kamu….” Jawab Bani singkat.
Arlet tidak tau harus menjawab apa,,, ia terdiam sesaat, menatap Pisang keju
dipiringnya, yang baru ia makan separuhnya, “Apa maksud dari kata-kata kamu
tadi?”, tanya Arlet, “Tidak ada, tidak ada maksud apa-apa, ngomong-ngomong nama
kamu siapa, apa aku harus memanggilmu Mrs. Rain Tree lagi kalau kita bertemu?”,
tanya Bani,, “Penting ya?”, jawab Arlet, “Iya penting, kita sering bertemu di
coffe break, apa kamu mau aku panggil Mrs. Rain Tree terus?”, kata Bani. Arlet memandang
Bani dengan wajah asam, “Nama ku Arlet, Arleta Harumi Althaf, puas?” jawab
Bani, “Wah… cantik namanya, secantik orangnya pula,” kata Babi sambil
tersenyum, “Oiya nama aku Bani, Gamal Albani Haqi”, lanjut Bani, “Wah… Aneh
namanya, seaneh orangnya pula”, kata Arlet menirukan kata-kata Bani tadi,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar