Selasa, 10 Juni 2014

Seribu Semesta Arlet, Part 3

Bagian. 3
Gamal Albani Haqi
Hari yang sama, jam 20.45…
Arlet masih menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, memikirkan Ilal yang menghancurkan hatinya untuk kedua kalinya, memikirkan tatapan mata Bani yang membuatnya nyaman. Hingga Arlet dikejutkan oleh bunyi nada dering dari handphonenya,,, ia mengambil handphone yang berada di samping kiri tangannya, melihat handphonenya, NADIA EDISA SOFIAN, ternyata telepon dari sahabatnya Edis…
“Hallo,, kenapa dis???”
“Kamu enggak kenapa-kenapa kan let, baik-baik aja kan??” tanya Edis
“I’m fine dis, ada apa telepon, tumben?”
“Aku khawatir sama kamu, aku baru aja dapat undangan pernikahan dari Ilal, kamu udah tau itu kan, kamu udah tau soal pernikahannya Ilal kan let” tanya edis..
“Iya, aku udah tau kok, tadi pagi Ilal angsung yang ngasih undangannya”
“Oh God,,, Arlet sayang, aku tau gimana perasaan kamu sekarang, maaf aku enggak ada disamping kamu saat kamu seperti ini, yang sabar ya sayang, aku selalu ada disini buat kamu” kata Edis di ujung telepon…
“Thankyou, youre the best one I have,”
“Jangan bengong sendirian dikamar, mending main sama Refi, biar ada yang menghibur kamu” kata Edis…
“Refi udah tidur dis, ini udah jam Sembilan, kamu gak ada tugas jaga” tanya Arlet..
“Ada, ya udah nanti aku telepon lagi ya let, jangan bengong sendirian lho, inget itu, bye Arlet”….
Telepon singkat dari Edis tadi membuat hati Arlet sedikit tenang, Edis adalah sahabat Arlet sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku kelas satu SMP, mereka bersahabat sejak dari kelas satu SMP sampai sekarang, setelah lulus SMP mereka lalu masuk di SMA yang sama, di kelas 1 SMA mereka satu kelas, sampi di kelas dua, mereka baru berpisah karena program penjurusan, entah takdir atau apa sejak kelas satu SMP hingga kelas satu SMA mereka selalu berada dalam satu kelas, Arlet memilih masuk di jurusan IPS karena Arlet sudah begitu jatuh cinta dengan mata pelajaran Akutansi, waktu SMP Arlet sudah mendapatkan mata pelajaran tersebut yang hanya berbeda namanya saja, lagipula Arlet juga bercita-cita menjadi seorang Guru Ekonomi, itu faktor utama mengapa Arlet memilih IPS, sedangkan Edis, ia memilih IPA, krena cita-citanya yang ingin menjadi seorang bidan. Sampai sekarag walau mereka berdua tidak kuliah di satu Universitas yang sama, mereka masih tetap bersahabat sama seperti ketika mereka di Sekolah Menengah, dua hari dalam seminggu, Arlet menghabiskan waktunya bersama Edis, menginap di kos Edis, atau hanya sekedar nongkrong bersama sahabatnya itu, Edis jugalah yang mengenalkan Ilal kepada Arlet empat tahun lalu, Ilal adalah senior Edis di Ekstra Kurikuler PMR semasa di SMA,dan Edis juga lah yang membuat Arlet dan Ilal menjadi  sepasang kekasih selama empat tahun.
Arlet, memutuskan untuk menunda kembali ke Semarang, seharusnya Senin ini Arlet mempunyai jadwal untuk bertemu dengan Dosen pembimbing skripsinya, namun karena kejadian kemarin pagi di coffe break membuatnya perlu menenangkan pikiran, bagaimana tidak ia harus menelan kekecewaan yang teramat dalam, ia harus merelakan Ilal, laki-laki yang ia cintai.
Untuglah, Arlet bisa sedikit meulapakan sakit hatinya, karena kehadiran Refi yang sangat membantu Arlet, Arlet menyayangi Refi seperti ia menyayangi dirinya sendiri, adik semata wayangnya itu tidak pernah berhenti mengganggu Arlet jika Arlet sedang di rumah, ada saja hal-hal yang dilakukan Refi yang membuat Arlet gemas. Arlet mempunyai seorng adik setelah ia kehilangan seorang kakak, itu adalah sebuah anugerah bagi Arlet dan Orang tuanya.
Hari minggu Arlet habiskan dengan bermalas-malasan di kamarnya mendengarkan music dari playlist favoritnya, bermain dengan Refi, dan mengganggu Refi,,, kegiatan yang sangat menyenangkan bagi Arlet. Pagi sampai sore nanti Arlet tidak berencana untuk meninggalkan rumah, ia ingin di rumah saja, menghabiskan harinya dengan bermain dan mengganggu Refi adiknya.
Minggu malam, jam 19.30…
Arlet, minta izin kepada Ibunya untuk keluar sebentar, ia ingin menikmati malam di kota kelahirannya itu, seperti biasa Arlet memutuskan untuk pergi ke coffe break, mungkin disana nanti ia akan bertemu dengan Bani, iya, rasanya ia memang butuh bicara dengan orang lain untuk membuat hatinya lega, Edis sedang sibuk di rumah sakit menangani persalinan, itu sebabnya Arlet tidak ingin bicara dengan Edis, itu hanya mengganggu saja, percuma.
“Mbak, Cappucino hangat nya satu sama Pisang kejunya dua ya,” kata Arlet, Arlet menunggu pesanannya sambil menyapu coffe break dengan pandangannya, “lumayan ramai, ABG semua, dan, masing-masing dengan pasangannya, ah… cinta anak muda, hanya tau senang-senang saja” bati Arlet didalam hatinya, “ini mbak pesanannya, semuanya sepuluh ribu lima ratus,” kata si mbak penjaga stand coffer break “Terimakasih mbak” kata Arlet sambil meyerahkan uang untuk membayar pesanannya. Arlet mencari kursi kosong, kursi yang berada tidak terlalu jauh dari pintu masuk coffe break, Arlet duduk sendiri,,, Cappucino hangatnya sudah ia habiskan terlebih dulu, ia lebih suka langsung menghabiskan kopinya, menurut Arlet jika terlalu lama dibiarkan, rasa kopinya akan berubah dan sensasinya pun juga berbeda. Setelah menghabiskan kopinya, Arlet hanyut dalam lamunannya, melamun memang sudah mejadi kebiasaan Arlet jika ia sedang sendiri, “ Bagian terindah ketika kamu melamun adalah, kamu bisa lupa sejenak dengan masalah yang menderamu” itu yag selalu Arlet katakana kepada Edis, jika Edis memarahi Arlet jika terlalu sering  melamun.

“Good Nite Mrs. Rain Tree”,,,, sapa Bani membangunkan Arlet dari lamunannya, “Mrs. Rain Tree??? Apa maksudnya”, tanya Arlet dengan wajah penasaran, “Yeah… Mrs. Rain Tree,, Soalnya kalo aku lihat kamu kalau lagi disini suka banget dan sering juga memandangi Trembesi itu”, jawab Bani sambil menunjuk Trembesi yang berada di luar jendela, dekat stand coffe break. Rain Tree adalah nama lain Trembesi, nama ilmiahnya adalah Albizia Saman, atau Samanea Saman, sering juga disebut Rain Tree,karena tajuknya banyak mengeluarkan air, disebut juga sebagai Pohon Peneduh, karena daunnya yang begitu rimbun dan lebat. “Oh, itu,,, lalu, apa gara-gara itu kamu memanggil ku Mrs. Rain Tree,??? Tanya Arlet, “Lalu, aku harus memanggilmu apa jika aku bertemu dengan mu?, aku tidak mengetahui nama mu, dan hal yang kuingat dari mu hanyalah disaat kamu melamun sambil menatapa Rain Tree itu,” kata Bani, “Kamu enggak tau nama aku, lalu kenapa kamu masih menyapa ku dan duduk didepan ku sekarang?” Tanya Arlet, “Bukankah kita harus saling menyapa jika kita bertemu dengan orang lain? Itu kan yang selalu diajarkan guru-guru kita waktu Sekolah Dasar,” jawab Bani, “Mengapa hanya aku yang kamu sapa, bukankah disini ada banya orang, seharusnya kamu juga menyapa yang lain, bukankah begitu, ha?”, Balas Arlet, “Hei,,,, tapi hati ku hanya meyuruhku menyapa kamu, lagipula semua orang disini datang bersama kekasih mereka, apakah mereka juga harus aku sapa, yang ada, nanti aku yang kena marah kekasihnya,” Kata Bani, “ Itu artinya hati kamu tidak adil, hanya mau menyapa ku saja”, balas Arlet, “Bagaimana bisa dikatakan tidak adil?, aku hanya memilih satu wanita yang ingin kusapa, dan aku hanya memilih wanita itu untuk kujadikan satu-satunya dalam hati dan hidupku, apa itu yang kamu katakana tidak adil?”, “Lalu siapa wanita yang ingin kamu sapa itu?” Tanya Arlet penasaran, “Masih belum mengerti juga ya, kamu ini kurang peka atau gimana sih, jelas-jelas tadi aku menyapa kam…” kata Bani terhenti, diam sesaat, “Kam…mu siapa?” balas Arlet, “Kamu….” Jawab Bani singkat. Arlet tidak tau harus menjawab apa,,, ia terdiam sesaat, menatap Pisang keju dipiringnya, yang baru ia makan separuhnya, “Apa maksud dari kata-kata kamu tadi?”, tanya Arlet, “Tidak ada, tidak ada maksud apa-apa, ngomong-ngomong nama kamu siapa, apa aku harus memanggilmu Mrs. Rain Tree lagi kalau kita bertemu?”, tanya Bani,, “Penting ya?”, jawab Arlet, “Iya penting, kita sering bertemu di coffe break, apa kamu mau aku panggil Mrs. Rain Tree terus?”, kata Bani. Arlet memandang Bani dengan wajah asam, “Nama ku Arlet, Arleta Harumi Althaf, puas?” jawab Bani, “Wah… cantik namanya, secantik orangnya pula,” kata Babi sambil tersenyum, “Oiya nama aku Bani, Gamal Albani Haqi”, lanjut Bani, “Wah… Aneh namanya, seaneh orangnya pula”, kata Arlet menirukan kata-kata Bani tadi,,,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar